kievskiy.org

Bayang-Bayang Krisis Pangan Pascapandemi Covid-19

Ilustrasi petani.
Ilustrasi petani. /Pixabay/Sasint Pixabay/Sasint

PIKIRAN RAKYAT - Kondisi geopolitik pascapandemi Covid-19 telah merubah tatanan perekonomian dunia, salah satunya berdampak pada sektor pertanian sehingga menyebabkan lonjakan harga komoditas. Selain itu, adanya perubahan iklim dan wabah penyakit juga memperparah kondisi perekonomian di negeri ini. Hal tersebut menyebabkan terjadinya krisis pangan, tekanan inflasi dan peningkatan kemiskinan ekstrim.

Perang antara Rusia dan Ukraina telah mengakibatkan terganggunya lalu lintas barang dan komoditas antar negara. Sebagai negara pemasok komoditas produk pangan global, tentunya berdampak pula terhadap ketersediaan pangan dunia. Akibat konflik ini, beberapa negara mulai mengamankan pasokan pangan serta membatasi ekspor khususnya komoditas dan produk pangan.

Kondisi global ini, telah memaksa setiap negara di dunia merealisasikan program ketahanan dan kemandirian pangannya, sehingga mengurangi ketergantungan pada impor. Hal tersebut, berdampak pula secara regional di Jawa Barat. Sejalan dengan sasaran pembangunan sektor pertanian RPJMD Perubahan 2018-2023 yaitu bahwa, “Jawa Barat sebagai daerah pertanian, kelautan dan perikanan yang mandiri”.

Baca Juga: Polemik Food Estate, Lumbung Pangan Berakhir Jadi Kejahatan Lingkungan?

Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan sistem yang terintegrasi yang terdiri dari berbagai subsistem utama yaitu ketersediaan, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan. Ketahanan pangan dapat dicapai dengan adanya kemampuan produksi dan impor, cadangan pangan, keanekaragaman konsumsi dan keamanan pangan, serta adanya pencegahan dan penanggulangan rawan pangan terhadap penyediaan pangan tersebut. Selain itu, permasalahan ketahanan pangan yang terjadi saat ini dikarenakan kurangnya cadangan nasional maupun daerah sehingga masih tingginya ketergantungan pada impor. Hal ini berdampak terhadap terjadinya lonjakan harga beberapa komoditas pangan strategis serta masih rendahnya tingkat penganekaragaman konsumsi pangan.

Berdasarkan indeks berkelanjutan ketahanan pangan (Food Sustainability Index), hasil pembangunan ketahanan pangan di Indonesia masih di bawah Ethiopia. Food Sustainability Index mengacu pada limbah pangan, pertanian berkelanjutan dan permasalahan nutrisi. Indonesia tercatat sebagai tiga negara terburuk dalam limbah pangan (food waste) dengan setiap penduduknya menghasilkan 300 kg limbah pangan per tahun. Indeks Ketahanan Pangan (IKP) Global 2019 (Global Food Security Index) menempatkan Indonesia pada urutan 63 dari 113 negara. IKP Jawa Barat tahun 2021 dengan skor 77,79 berada pada urutan 12 dari 34 provinsi.

Peningkatan Produksi

Upaya peningkatan produksi melalui intervensi inovasi teknologi dan digitalisasi perlu diiringi dengan mengembangkan pasca panen dan hilirisasi produk. Peran aktif offtaker turut membangkitkan sektor konsumsi untuk meningkatkan product domestic regional bruto (PDRB), akan meningkatkan pendapatan rumah tangga petani produsen dan penyerapan tenaga kerja.

Baca Juga: Jawa Barat Belum Juara Pangan, Benarkah Dampak Alih Fungsi Lahan?

Peningkatan produksi tanaman pangan dapat dilakukan dengan empat hal, seperti mengendalikan jumlah petani dengan meningkatkan produktivitasnya, mengendalikan luasan lahan pertanian, menerapkan teknologi serta digitalisasi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat