kievskiy.org

Setop Perundungan di Sekolah, Saatnya Orangtua, Guru, dan Teman Jadi Garda Terdepan Antibullying

Ilustrasi korban bullying (perundungan).
Ilustrasi korban bullying (perundungan). /Freepik/master1305

PIKIRAN RAKYAT - Saat ini dunia pendidikan dikejutkan dengan meninggalnya salah satu siswa salah satu SMK di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat sebagai korban perundungan (bullying). Sebelum meninggal, siswa ini mengalami depresi yang diakibatkan tindakan bullying dari teman sekolahnya selama tiga tahun. Siswa ini sempat mendapat perawatan di klinik psikiatri.

Perilaku perundungan yang dialami siswa tersebut terjadi sejak duduk di kelas X dan baru terungkap pada saat yang bersangkutan duduk di kelas XII. Tiga tahun siswa ini menjadi korban bullying tanpa diketahui orangtua ataupun guru.

Beban psikologis bagi seorang remaja, di usia yang disebut sebagai masa badai dan tekanan (storm and stress) ditambah dengan tindakan bullying yang diterima temannya tentu saja akan mengganggu psikologis dan perkembangannya. Sementara lingkungan sekitar melihatnya baik-baik saja seakan tidak ada masalah pada korban.

Pada kasus lain, seorang siswa di salah satu SMP di Kota Bandung yang menjadi korban bullying, yaitu mendapat penolakan dari teman-teman untuk masuk kelompok tugas. Kalaupun masuk sebagai anggota kelompok tetap saja korban tidak diajak untuk bekerja bersama kelompok, tetapi korban mengerjakan sendiri. Korban tidak melakukan tindak perlawan kepada pelaku terlebih pelaku tidak sendiri.

Apa yang dirasakan korban? Rasa sakit hati, dendam, kemarahan yang dalam bahkan kalau korban mengingat tindakan teman-temannya terlintas pikiran untuk melenyapkan nyawa pelaku. Suatu kondisi yang harus segera ditangani untuk mencegah lintasan pikiran tersebut menjadi tindakan.

Kemarahan yang tidak terekspresikan, tentu saja dapat menimbulkan dampak bagi perkembangan seorang remaja khususnya perkembangan emosi. Kepribadian yang belum stabil, pengendalian diri dan emosi yang masih naik turun di usia remaja yang menjadi pijakan bagi perkembangan di usia selanjutnya. Kasus bullying ini tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah menengah atau siswa usia remaja, namun bisa terjadi pada anak-anak di lingkungan sekolah dasar.

Bullying adalah tingkah laku agresi yang melibatkan faktor kekuatan terhadap orang/kelompok orang yang memiliki kekuatan lebih lemah. Perbedaan kekuatan tersebut dapat tampil dalam beberapa bentuk, seperti: perbedaan status sosial, kekuatan fisik, ataupun perbedaan jumlah, yang diarahkan untuk menindas korbannya (Rigby, K., 2003).

Pelaku bullying di sekolah biasanya siswa atau orang lain, baik secara individu maupun berkelompok Mereka merasa lebih berkuasa atau lebih kuat bila berhasil menindas anak lainnya. Bullying dapat dikategorikan pada beberapa jenis, yaitu fisik, verbal, sosial, maupun bullying melalui internet (cyberbullying).

Kasus bullying di sekolah merupakan fenomena gunung es: hanya sebagian kecil yang terlihat di permukaan, sementara sisanya tersembunyi di balik ketakutan dan keraguan para korban untuk melapor. Bullying yang banyak terjadi kalangan anak maupun remaja dan terjadi di sekolah di antaranya meledek atau mengolok-olok, membuat panggilan yang tidak menyenangkan dengan menggunakan sebutan tertentu atau panggilan dengan nama orangtua, dan permusuhan/memusuhi teman.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat