PIKIRAN RAKYAT - Masyarakat modern kian disesaki oleh informasi, promosi, dan akses terhadap susu formula (sufor). Padahal, Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik dan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, serta berperan penting dalam pencegahan stunting.
Setidaknya, ada 5 alasan mengapa orangtua enggan memberikan ASI kepada sang buah hati. Di antaranya adalah ibu merasa ASI sulit keluar, ibu kembali bekerja dan membuat anak bingung puting, desakan mertua, tetangga, atau teman, serta iri melihat bayi lain yang terlihat “gembul”.
“Jadi, inilah negeri kita. Ada orangtua yang mau punya anak, tapi belum punya persiapan,” kata dokter dan ahli gizi masyarakat, Dr. dr. Tan Shot Yen dalam konferensi pers bertajuk “Melindungi Ibu dan Anak dari Promosi Susu Formula yang Agresif” yang digelar secara virtual pekan lalu.
Dia menyebutkan, berdasarkan hasil survei sebelum pandemi (2017), 50 persen penganjur pemberian sufor adalah tenaga kesehatan. Sebanyak 50 persen anak berusia satu tahun, juga diketahui mulai mengonsumsi susu formula.
Tan juga menyesalkan, saat ini etika pemasaran dari pihak-pihak yang sering menganjurkan pemberian susu formula dibandingkan ASI juga semakin masif. Padahal, hanya ibu dan bayi dengan indikasi medis dan aturan tertentu yang sebenarnya dibolehkan untuk mengonsumsi susu formula dengan kondisi tertentu.
Kondisi tersebut misalnya ibu yang memiliki masalah kesehatan, kondisi bayi yang hanya diperbolehkan untuk minum susu formula khusus, serta kondisi bayi yang perlu asupan tambahan selain ASI.
“Jadi, bukan bayi normal dengan berat badan cukup, dan memang karena 3 hari pertama ASI tidak deras, sehingga ibu menjadi goyah karena tidak kuat dengan julid sana-sini,” ujarnya.
Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar menyebutkan, menyusui memberikan banyak sekali manfaat kesehatan untuk bayi. Akan tetapi, banyak masyarakat yang belum menyadari jika menyusui juga memberikan manfaat kesehatan bagi ibu.
“Sudah terbukti bahwa menyusui dapat menyelamatkan Mama dari risiko kesehatan seperti menurunnya risiko kanker payudara, kanker ovarium, obesitas, diabetes, darah tinggi, dan banyak lainnya,” ucap Nia.
Dukungan positif dari lingkungan sekitar juga disebutkan Nia bisa memberikan banyak pengaruh terhadap keputusan ibu memberikan ASI kepada sang buah hari. Selain itu, tenaga kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan juga perlu memiliki komitmen dan kompetensi dalam mendukung ibu menyusui, termasuk tokoh agama.