kievskiy.org

Gejala Burnout Menurut WHO, Jangan Asal Diagnosis Diri Tanpa Pengetahuan

Ilustrasi orang stress
Ilustrasi orang stress /Freepik Freepik

PIKIRAN RAKYAT - 'Kelelahan' di tempat kerja telah menjadi masalah kesehatan yang serius di zaman modern ini, dan kini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklarifikasi ulang hal tersebut.

Dalam pedoman Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD) yang digunakan oleh badan kesehatan dunia, kelelahan akan dimasukkan secara resmi: bukan sebagai kondisi medis , melainkan sebagai 'gejala akibat kerja'. Perubahan dalam pedoman ini relatif kecil, tetapi para ahli berharap pembaruan ini dapat menambah legitimasi untuk masalah yang muncul dan disalahpahami.

Dilansir dari sciencealert.com. Dalam edisi kesepuluh ICD, burn-out pada awalnya dijelaskan sebagai "kondisi kelelahan vital". Dengan mengacu pada penelitian yang terus berkembang, edisi kesebelas sekarang menyatakan bahwa gejala ini semata-mata disebabkan oleh "stres di tempat kerja yang kronis" dan "tidak dapat diterapkan untuk menggambarkan pengalaman di bidang kehidupan lainnya."

Penyakit modern ini digolongkan dengan beberapa "masalah yang terkait dengan pekerjaan" yang secara teknis tidak dianggap sebagai penyakit, namun tetap memiliki dampak medis yang serius.

Berikut ini adalah cara WHO mendefinisikan kelelahan: "perasaan kehabisan energi atau kelelahan; meningkatnya jarak mental dari pekerjaan seseorang, atau perasaan negativisme atau sinisme yang terkait dengan pekerjaannya; dan berkurangnya kemanjuran profesional."

Dibutuhkan parameter burn-out yang jelas dan standar internasional agar para ahli dapat melakukan diagnosis dan pengobatan. Saat ini, tidak ada cara yang tepat atau universal untuk membedakan gejala burn-out dari gejala kondisi kesehatan mental lainnya, seperti depresi.

Dalam skala global, hal ini membuat para dokter sangat sulit untuk mengenali gejala ini, apalagi mengobatinya, dan dalam beberapa profesi, gejala ini menyebabkan epidemi.

Sebuah survei di Inggris, misalnya, menemukan bahwa hampir 30 persen direktur sumber daya manusia berpikir bahwa burnout tersebar luas di organisasi mereka; sementara itu laporan terbaru dari Harvard menyatakan bahwa kelelahan dokter di AS merupakan krisis kesehatan masyarakat, yang berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi sebesar 4,6 miliar dolar atau setara dengan 71,6 triliun rupiah per tahun.

Dalam profesi tertentu yang berfokus pada manusia, biasanya pekerja tersebut tidak mementingkan dirinya sendiri, tanpa disadari altruisme mulai mengambil alih. Altruisme adalah suatu sikap atau naluri dimana seseorang memperhatikan dan mengutamakan kepentingan dan kebaikan orang lain. Terlepas dari alasan untuk bermalas-malasan, penelitian WHO sendiri menunjukkan bahwa burn-out terjadi ketika tuntutan pekerjaan jauh lebih besar daripada imbalan, pengakuan, dan waktu untuk beristirahat.

Akibatnya, pekerja yang mengalami burn-out sering kali merasa ambisi, idealisme, dan rasa berharga mereka perlahan-lahan menghilang. Kerugian dari gejala ini tidak hanya dari segi finansial, namun juga bisa berdampak besar pada kesehatan masyarakat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat