kievskiy.org

Memahami Klasifikasi Psikiater Amerika Soal Selfie sebagai Penyakit Gangguan Mental

Asosiasi Psikologi Amerika menyebut kebiasaan selfie sebagai gangguan mental
Asosiasi Psikologi Amerika menyebut kebiasaan selfie sebagai gangguan mental /Freepik Freepik

PIKIRAN RAKYAT - Selfie seperti yang kita ketahui adalah tindakan memotret diri sendiri. Selfie atau swafoto juga merupakan salah satu kata yang terkenal di media sosial. Akan sangat sulit menemukan orang yang menggunakan sosial media tapi tidak pernah mengambil selfie. Tetapi, tahukah jika terlalu banyak mengambil selfie dapat menyebabkan gangguan mental ‘selfitis’

Dilansir Science Alert, selfitis adalah keinginan obsesif-kompulsif untuk mengambil foto diri sendiri dan mengunggahnya ke media sosial, misalnya di Facebook untuk menutupi kurangnya kepercayaan diri dan untuk mengisi kekosongan hati. American Psychiatric Association (APA) secara resmi telah mengkonfirmasi bahwa mengambil foto 'Selfie' adalah sebuah gangguan mental. Menurut APA, selfitis dapat diklasifikasikan sebagai:

Selfitis yang melampaui batas: Mengambil foto sendiri setidaknya tiga kali sehari tanpa mengunggahnya di media sosial.

Selfitis akut: Mengambil foto diri sendiri setidaknya tiga kali sehari dan mengunggahnya ke media sosial.

Selfitis kronis: Mengambil foto diri sendiri lebih dari enam kali sehari dan mengunggahnya di media sosial. Seseorang dengan selfitis kronis umumnya menggunakan media sosial sepanjang waktu dan sering mengunggah foto selfie di media sosial.

Selfitis juga berkaitan erat dengan narsisme (ketertarikan yang berlebihan pada diri sendiri atau kekaguman terhadap diri sendiri dan penampilan fisik seseorang). Berdasarkan penelitian, orang yang memiliki banyak teman/penggemar di Facebook cenderung menjadi narsis.

Tanda-tanda narsistik dapat mencakup hal-hal berikut: Mereka akan bertindak egois, lalu biasanya mereka akan sulit diatur karena mereka merasa lebih unggul, ketika dikritik biasanya mereka marah karena orang narsis biasanya tidak bisa menerima kritik, mendengarkan secara sepihak, alih-alih mendengarkan pembicaraan orang narsistik biasanya mendengarkan untuk menyanggah setiap perkataan yang bertentangan dengannya, lalu biasanya mereka menolak untuk bertanggung jawab ketika terjadi masalah, dan tanda-tanda terakhir adalah mudah marah, mereka menjadi mudah marah karena komentar kritik yang mereka terima.

Untuk mencegah hal ini terjadi kita harus membatasi penggunaan smartphone. Tingginya tingkat penggunaan smartphone dan akses internet gratis harus dibatasi di kalangan remaja. Program-program sosialisasi juga perlu dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan dengan memperlihatkan informasi statistik tentang kematian dan cedera akibat selfie agar membuat para siswa sadar akan konsekuensi yang akan terjadi.

Orang-orang selalu ingin mengekspresikan diri mereka secara berbeda dari orang lain. Selfie adalah alat yang hebat untuk tujuan ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang-orang yang terisolasi dari keluarga dan masyarakat atau mereka yang selalu menggunakan smartphone adalah orang-orang yang sering melakukan selfie. Kita bisa mengembalikan orang-orang seperti itu ke kehidupan normal dengan memberikan memberikan pendampingan melalui keluarga, lembaga sosial dan pendidikan.(SA)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat