kievskiy.org

Tips Aman Cabut Gigi Geraham Bungsu Menurut Dokter, Tak Perlu Khawatir Nyeri dan Komplikasi

Ilustrasi perawatan gigi.
Ilustrasi perawatan gigi. /Freepik/pressfoto

PIKIRAN RAKYAT - Gigi geraham tumbuh menjadi dilema tersendiri bagi banyak orang. Pasalnya, akan terasa gejala tidak nyaman, seperti nyeri ringan sampai berat, gusi bengkak dan kemerahan, sulit makan dan membuka mulut, hingga pembengkakan pada pipi. Dr. drg. Lilies Dwi Sulistyani, Sp.BMM(K), staf pengajar Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia membagikan tips aman mengatasinya.

Gigi geraham bungsu merupakan gigi yang terakhir tumbuh dan terletak pada bagian gigi yang paling belakang, baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi geraham pada umumnya mulai tumbuh dalam rongga mulut pada usia 17-18 tahun. Namun, ada juga yang mulai tumbuh di usia 15 tahun, atau di usia yang lebih tua, seperti 20 tahun atau lebih.

Lilies mengatakan, jika muncul keluhan tak nyaman tersebut, gigi bungsu sebaiknya dicabut. Selain itu, gigi harus dicabut apabila posisi gigi tidak sempurna (tumbuh sebagian dan dalam posisi miring), sering terselip makanan, adanya lubang karies, serta kelainan pada akar gigi.

Ada beberapa efek samping dan risiko komplikasi dari mencabut gigi bungsu, sebagaimana prosedur bedah pada umumnya. “Setelah operasi gigi bungsu, umumnya terjadi nyeri, bengkak, dan sariawan. Sementara risiko komplikasi yang terkait dengan pencabutan gigi bungsu dapat mencakup infeksi, kerusakan saraf, perdarahan, kebocoran sinus rahang atas, dry socket, parestesi (rasa baal yang berlangsung lama karena trauma pada pembuluh syaraf), trismus, dan patah rahang,” kata Lilies dalam keterangan tertulis Humas UI, Selasa, 28 Mei 2024. Jika terjadi infeksi setelah pencabutan gigi bungsu, infeksi harus cepat diatasi sebelum semakin meluas dan membahayakan jiwa pasien.

Akan tetapi, pasien tidak perlu takut mencabut gigi geraham bungsu. Menurut Lilies, komplikasi yang parah jarang terjadi, dan kemungkinan kematian akibat pencabutan gigi sangat rendah. Laporan National Institute of Health Amerika Serikat, yang meneliti lebih dari 20 penelitian sejak tahun 1955, melaporkan 218 kematian dari 71.435.282 prosedur perawatan gigi, dengan tingkat kematian 1 dari 327.684 atau 3 per juta.

Untuk memastikan keamanan, pencabutan gigi perlu menaati prosedur. Pertama-tama, pasien yang akan menjalani pencabutan gigi harus dalam kondisi yang baik kesehatannya. Hal itu ditandai kebersihan rongga mulut, tidak demam, tidak dalam kondisi penyakit yang akut, tidak ada penyakit komorbid yang tidak terkontrol (kelainan darah, sakit kencing manis, sakit jantung), tidak mengonsumsi obat pengencer darah, tidak ada penyakit autoimun, dan tidak ada penurunan daya tahan tubuh. Kendati demikian, pasien yang memiliki kondisi tersebut dapat tetap melakukan operasi gigi bungsu asal mendapat persetujuan dokter terlebih dahulu.

Sebelum melakukan tindakan pencabutan gigi, dilakukan anamnesa (wawancara) untuk memperoleh informasi kesehatan pasien, pemeriksaan klinis, dan rontgen foto. Setelah itu, dilakukan anestesi lokal di sekitar gigi bungsu yang akan dicabut. Tindakan dimulai dengan menyayat gusi gigi kemudian dibuat flap. Lalu, dilakukan pengambilan jaringan tulang yang menutupi gigi, dan gigi dicabut, baik secara utuh atau dilakukan separasi kemudian dikeluarkan sebagian demi sebagian. Setelah gigi dikeluarkan, luka dibersihkan dan dijahit.

Lilies mengatakan operasi gigi bungsu dapat dilakukan dalam bius lokal/anestesi lokal maupun bius total/anestesi umum. “Operasi gigi bungsu dalam bius total umumnya dilakukan dengan sejumlah pertimbangan kondisi, seperti adanya beberapa gigi bungsu yang dioperasi sekaligus, misalnya gigi bungsu atas, bawah, kiri, dan kanan, posisi gigi bungsu sangat dalam sehingga risiko terjadi perdarahan atau melukai sinus maksila besar, kondisi pasien tidak kooperatif, atau terdapat kondisi kelainan sistemik, seperti pasien dengan kelainan darah atau pasien dengan kelainan kardiovaskular,” ujarnya.

Setelah operasi, pasien akan diberi resep kemudian diminta menggigit tampon selama satu jam dan menggantinya bila masih ada perdarahan. Pasien juga perlu melakukan perawatan pascaoperasi dengan diet lunak pada hari pertama, makan dan minum tidak hangat atau tidak panas, tidak berkumur terlalu keras atau kencang, menjaga kebersihan mulut dengan sikat gigi, minum obat sesuai instruksi dokter, tidak merokok, serta kompres dingin untuk membantu mengurangi pembengkakan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat