kievskiy.org

Vape Tak Boleh Dianggap Lebih Aman daripada Rokok Konvensional, Dokter Ungkap Bahayanya

Ilustrasi vape.
Ilustrasi vape. /Pixabay/doodleroy

PIKIRAN RAKYAT - Kebiasaan merokok elektrik atau vape tak boleh dianggap lebih aman ketimbang rokok konvensional. Penggunaan vape justru merugikan kesehatan. Hal tersebut dikemukakan oleh pengajar di Departemen Pulmonologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia (UI) dr. Aditya Wirawan, Ph.D., Sp.P. Ia menilai vape lebih aman dibandingkan rokok konvensional memang cukup umum. Alasannya vape tidak melibatkan proses pembakaran, sehingga ada yang mengasumsikannya lebih aman.

Akan tetapi, dr. Aditya menekankan pentingnya melihat bukti ilmiah yang ada untuk memahami sejauh mana kebenaran klaim tersebut. Ia menjelaskan, perbedaan utama antara vape dan rokok konvensional terdapat pada kandungan bahan kimia dan proses pembakaran. Beberapa bahan toksik pada rokok konvensional tidak terdapat pada vape dan begitu pula sebaliknya.

“Namun, ini tidak membuat vape aman. Para ilmuwan masih mempelajari lebih lanjut tentang efek kesehatan jangka pendek dan jangka panjang dari penggunaan vape,” ujar dr. Aditya yang juga merupakan Dokter Spesialis Paru di RSUI.

Lebih lanjut dr. Aditya mengatakan, penggunaan vape atau rokok elektrik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, di antaranya yang mungkin terjadi adalah iritasi saluran napas, bronkitis akut, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), dan E-cigarette or Vaping Associated Lung Injury (EVALI).

“Waktu yang diperlukan seseorang untuk merasakan efek dari vape bisa bervariasi tergantung pada berbagai faktor, seperti sensitivitas individu terhadap nikotin dan seberapa banyak menghirup dari vape,” katanya.

Beberapa efek dapat dirasakan secara cepat setelah menghirup uap dari vape, terutama jika uap tersebut mengandung nikotin. Efek-efek tersebut dapat muncul dalam hitungan detik hingga menit setelah inhalasi. Beberapa efek yang mungkin dirasakan termasuk peningkatan energi, penenangan, atau sensasi nikotin lainnya, tergantung pada sensitivitas dan toleransi individu terhadap nikotin.

Selain pengguna, orang di sekitar yang ikut menghirup uap vape (secondhand vaping) juga ikut terdampak. Paparan secondhand vaping tidak sama dengan paparan asap perokok pasif dari rokok konvensional. Menurut Action on Smoking and Health (ASH), sebagian besar zat berbahaya yang ada dalam asap rokok konvensional tidak ada dalam vape, apabila ada jumlahnya jauh lebih rendah (kurang dari 1 persen).

“Meskipun dampaknya mungkin berbeda dari asap rokok konvensional, paparan aerosol vape tetap memiliki risiko kesehatan. Dampak dari paparan asap vape, antara lain iritasi saluran napas, bronkitis, sesak napas, eksaserbasi asma, dan sebagainya. Paparan secondhand vaping dapat menyebabkan peningkatan risiko masalah kesehatan pernapasan, terutama pada anak-anak dan individu yang sudah memiliki masalah kesehatan pernapasan,” ujar dr. Aditya.

Sementara itu, paparan uap vape tidak hanya berdampak pada manusia tetapi juga pada lingkungan. Ia mengatakan emisi dan limbah vape mengandung sejumlah nikotin dan bahan kimia beracun lainnya yang dapat menjadi sumber polusi lingkungan. Uap vape dapat meningkatkan kadar nikotin dan partikel halus (PM 2.5) di udara dalam ruangan, meskipun dalam tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional. Selain itu, uap vape juga mengandung senyawa organik volatil dan logam yang dapat berkontribusi terhadap pencemaran udara dalam ruangan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat