kievskiy.org

Laporan AS: Pemerintah China Paksa 570.000 Etnis Uigur untuk Bekerja Memetik Kapas

Ilustrasi etnis Uighur di Xinjiang, China
Ilustrasi etnis Uighur di Xinjiang, China /Dok. Human Rights Watch


PIKIRAN RAKYAT
- Ratusan ribu pekerja dari etnis minoritas Uighur di wilayah Xinjiang barat laut China dipaksa bekerja untuk memetik kapas. Menurut laporan dari lembaga think tank Amerika Serikat, sistem kerja ini melalui skema paksa yang dikelola pemerintah China.

Mengutip The Globe Post, sebuah laporan penelitian yang diterbitkan pada Senin, 14 Desember 2020 oleh lembaga think tank yang berbasis di Washington, AS menuding China menggunakan lebih dari 570.000 etnis Uighur untuk dipekerjakan secara paksa dalam rantai pasokan tekstil negara itu.

Aktivis hak asasi manusia mengatakan Xinjiang adalah rumah bagi jaringan luas kamp interniran di luar hukum yang telah memenjarakan setidaknya satu juta orang.

Baca Juga: Paus Fransiskus Singgung Soal Muslim Uighur di Buku Terbarunya, Tiongkok Berikan Bantahan

Namun China mengatakan kamp tersebut sebagai pusat pelatihan kejuruan untuk melawan ekstremisme.

Laporan yang direferensikan dokumen pemerintah secara online menyebutkan jumlah yang terlibat di tiga wilayah mayoritas Uighur melebihi perkiraan 517.000 orang dipaksa untuk memetik kapas sebagai bagian dari skema ratusan ribu orang.***

Para peneliti memperingatkan 'konsekuensi yang berpotensi drastis' untuk rantai pasokan kapas global, dimana Xinjiang memproduksi lebih dari 20 persen kapas dunia dan sekitar seperlima benang yang digunakan di Amerika Serikat berasal dari wilayah tersebut.

Baca Juga: Dua Kali Ditahan Tiongkok, Ulama Uighur Terperangkap di Arab Saudi Takut Dideportasi

Beijing mengatakan bahwa semua tahanan telah 'lulus' dari pusat-pusat tersebut, tetapi laporan baru ini menunjukkan bahwa banyak mantan narapidana telah dipindahkan ke pekerjaan pabrik berketerampilan rendah, sering kali terkait dengan kamp.

Laporan dari lembaga think tank tersebut juga mengatakan peserta skema transfer tenaga kerja diawasi ketat oleh polisi, dengan transfer point-to-point, manajemen gaya militer dan pelatihan ideologis. Informasi ini mengutip dokumen pemerintah China.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat