PIKIRAN RAKYAT- Pada Jumat, 15 Oktober 2021, delapan negara dan kepala diplomatik Uni Eropa mendesak junta Myanmar agar mengizinkan utusan khusus ASEAN bertemu dengan pemimpin sipil yang dikudeta, Aung San Suu Kyi.
Seruan internasional terkait utusan khusus untuk bertemu Aung San Suu Kyi, muncul ketika kekhawatiran tumbuh atas komitmen pemerintah militer Myanmar untuk konsensus lima poin yang disepakati dengan blok regional ASEAN, guna meredakan konflik pasca kudeta.
Pada Jumat malam, secara virtual, para menteri luar negeri ASEAN memperdebatkan kehadiran kepala junta Myanmar Min Aung Hlaing dari pertemuan puncak mendatang mengenai sikap keras pemerintahnya.
Baca Juga: Haji Lulung Resmi Polisikan VN Penghina Suku Betawi: Jelas-jelas Menyulut Permusuhan
Menurut sumber diplomatik, pernyataan itu akan dikeluarkan pada Sabtu oleh Brunei, yang saat ini memegang kursi bergilir ASEAN.
Seperti diketahui sebelumnya, pihak berwenang militer Myanmar mengatakan bahwa mereka tidak akan mengizinkan Erywan Yusof, utusan khusus ASEAN, untuk bertemu dengan siapa pun yang sedang diadili, termasuk Aung San Suu Kyi.
Dalam pernyataan bersama itu, Amerika Serikat, Inggris, Australia, Kanada, Korea Selatan, Selandia Baru, Norwegia, dan Timor Leste mengatakan mereka sangat prihatin dengan situasi mengerikan di Myanmar.
Negara-negara itu juga mendesak Naypyidaw untuk dapat "terlibat secara konstruktif" dengan utusan khusus tersebut.