kievskiy.org

Mikroplastik Cemari Air Mineral hingga Sungai dan Lautan

SAMPAH plastik dari botol air minerel terkumpul cukup banyak.*
SAMPAH plastik dari botol air minerel terkumpul cukup banyak.*

SEBUAH studi mengumumkan hasil bahwa air mineral dalam botol AQUA Danone dan Nestle Pure Life disebut terkontaminasi partikel plastik kecil yang
mungkin merembes selama proses pengemasan. Kedua merek itu hanyalah sebagian dari merek minuman yang di uji.

Periset menguji 250 botol air mineral di Brasil, Tingkok, India, Indonesia, Kenya, Lebanon, Meksiko, Thailand, dan Amerika Serikat. Hampir 93 persen sampel yang diuji telah diidentifikasi 93 persen mengandung mikroplastik. 

Mikroplastik adalah partikel yang berukuran kurang dari 5 mm. Sebuah studi baru melihat bagaimana perubahan iklim global dan dampak perubahan sirkulasi laut dapat mempengaruhi distribusi sampah mikroplastik laut. Akibatnya, partikel plastik akan mencemari air yang menjadi sumber kehidupan. Sampah mikroplastik ini dapat masuk ke dalam rantai makanan dan pada akhirnya berdampak pada kesehatan manusia maupun lingkungan.

Jutaan ton limbah dari plastik di lautan menghadirkan ancaman serius bagi kelangsungan hidup manusia dan ekosistem laut. Peringatan keras dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam sebuah laporan mengenai masalah lingkungan yang paling berbahaya yang sedang dihadapi dunia saat ini. Produksi plastik global telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Dari tahun 2004 sampai 2014, jumlah plastik yang diproduksi naik 38 persen dalam laporan tersebut.

Para ilmuwan khawatir bahwa bahan kimia dalam plastik dapat menyebabkan keracunan, ketidaksuburan dan gangguan genetika dalam kehidupan laut. Serta berpotensi memberikan dampak buruk pada manusia jika tertelan dalam jumlah banyak.

Seafood terpapar mikroplastik

Sebuah perkiraan global baru-baru ini melaporkan bahwa plastik yang ada di lautan sekitar 6,4 juta ton per tahun. Sebagian besar plastik mengapung dan tidak tenggelam, sehingga berpotensi akan ditelan oleh biota laut yang tidak bisa mencernanya. Bahan kimia juga larut ke dalam air yang menjadi penyebab manusia yang mengkonsumsi makanan laut menelan 11.000 potongan mikroplastik setiap tahunnya.

Sudah banyak kasus partikel plastik yang mengganggu kehidupan laut. Seperti dalam buku World Without Us, buku non-fiksi tentang apa yang akan terjadi pada alam dan lingkungan jika manusia tiba-tiba menghilang. Dalam salah satu bagiannya membahas tentang tercemarnya lautan akibat limbah mikroplastik yang mulai membunuh ekosistem laut. Kisah-kisah mengerikan tentang berang-berang laut yang tersedak cincin polietilen dari botol bir, angsa dan burung camar yang dicekik oleh jaring nilo dan pancing, penyu hijau di Hawaii yang mati akibat sisir saku, setapak tali nilon, dan roda truk mainan bersarang di perutnya.

Yang terburuk adalah studi tentang bangkai burung fulmar yang terdampar dipantai Laut Utara. Banyak dari mereka memiliki sampah plastik yang bersarang di perut mereka, rata-rata 44 potongan per burung. Tidak ada yang tahu apakah plastik itu yang telah membunuh mereka. Thompson beralasan bahwa jika potongan plastik yang lebih besar meruntuhkan partikel-partikel yang lebih kecil, organisme yang lebih kecil kemungkinan akan memakannya.

Pada titik mana mereka akan mulai mengalami kemunduran secara alami dan kapan mereka akan melakukannya, apakah mereka akan melepaskan
beberapa bahan kimia yang membahayakan organisme di masa depan?

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat