KOLOMBO, (PR).- Sejumlah aksi terorisme di Sri Lanka, dari mulai pengeboman sampai baku tembak, berujung ketakutan masyarakat dalam melakukan kegiatan agama. Teraktual, gereja katolik di Sri Lanka membatalkan semua Misa Minggu sampai waktu yang belum dipastikan.
Menurut Uskup Kolombo Sri Lanka, Malcolm Ranjith, pihaknya mengaku kecewa dengan pihak keamanan yang gagal mencegah dan melindungi umatnya dari aksi terorisme, khususnya serangan bom di tiga gereja pada Minggu 21 April 2019 lalu.
Tak cuma itu, Malcolm Ranjith menyatakan bahwa pihak keamanan belum memberikan peringatan soal serangan lanjutan. Padahal, menurut informasi yang dia dapatkan, ada kemungkinan aksi terorisme yang membidik sejumlah tempat peribadatan.
“Kami tak tahu apa-apa. Itu (serangan bom) datang bak petir bagi kami,” ucap Malcolm Ranjith sebagaimana mengutip BBC, Minggu 28 April 2019.
“Saya merasa dikhianati (oleh pihak keamanan Sri Lanka). Saya sedih. Ini adalah kesalahan yang sangat serius dari pihal keamanan. Mereka tak memberi tahu kepada kami tentang hal itu (kemungkinan aksi terorisme lanjutan),” lanjutnya.
Meski batal menggelar Misa Minggu, Malcolm Ranjith menginstruksikan kepada seluruh umatnya untuk tetap melakukan peribadatan di kediaman masing-masing. “Tetap melakukan doa-doa di dalam ruangan.”
Selain itu, sejumlah masjid di Sri Lanka mendapat pengamanan ketat. Pada Jumat 26 April 2019, pihak keamanan berjaga di sejumlah masjid yang tengah melaksanakan salat Jumat. Hal itu dilakukan sebagai antisipasi tindakan balasan.
Tensi politik Sri Lanka meningkat
Mencuatnya sederet aksi terorisme membuat Kepala Polisi dan Pejabat Tinggi Kementerian Pertahanan Sri Lanka mengundurkan diri. Namun, Perdana Menter Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, meminta pejabatnya di bidang keamanan untuk tetap berada di posisinya.
“Jika kita mempunyai firasat akan terjadinya aksi terorisme dan tidak mengambil tindakan, saya akan segera mengundurkan diri. Tapi, apa yang Anda lakukan ketika Anda berada di luar lingkaran?” ucap Ranil.