kievskiy.org

AS Peringatkan 'Konsekuensi Mengerikan' Jika China Melakukan Invasi terhadap Taiwan

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken kembali memperingatkan China jika melakukan invasi terhadap Taiwan.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken kembali memperingatkan China jika melakukan invasi terhadap Taiwan. /Reuters/Alexander Drago

PIKIRAN RAKYAT- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken pada hari Jumat, 3 Desember 2021 mengatakan dalam konferensi Reuters Next, bahwa para pemimpin China harus berpikir hati-hati tentang tindakan mereka terhadap Taiwan.

Dituturkan Antony Blinken bahwa AS memperingatkan "konsekuensi yang mengerikan" jika China memicu krisis di Selat Taiwan.

Dalam sebuah wawancara, Antony Blinken membahas berbagai tantangan kebijakan luar negeri yang dihadapi pemerintahan AS, termasuk upaya yang goyah untuk memperbaiki kesepakatan nuklir Iran 2015, pembangunan militer Rusia di dekat Ukraina, dan konflik yang meningkat di Ethiopia.

Sementara itu, yang paling akut, ungkap Antony Blinken mungkin adalah sikap China yang semakin agresif terhadap Taiwan, yang diklaim Beijing sebagai wilayahnya.

Baca Juga: Roundup: China Desak Indonesia Hentikan Pengeboran Migas di Natuna, DPR Minta Pemerintah Tak Menanggapi

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Taiwan mengatakan ketegangan dengan China adalah yang terburuk dalam lebih dari 40 tahun, seraya menambahkan bahwa Beijing akan mampu melakukan invasi "skala penuh" pada tahun 2025.

Ditanya apakah China akan menginvasi Taiwan, Blinken mengatakan bahwa itu akan menjadi keputusan yang berpotensi bencana, mengulangi posisi Washington yang "berkomitmen tegas" untuk memastikan Taiwan memiliki sarana untuk mempertahankan diri.

Blinken mengatakan China telah berusaha mengubah status quo di Selat Taiwan dalam beberapa tahun terakhir dengan terlibat dalam manuver militer yang provokatif dan mencoba mengisolasi Taiwan dari seluruh dunia.

"Saya berharap para pemimpin China berpikir dengan sangat hati-hati tentang hal ini dan tidak memicu krisis yang akan saya pikirkan konsekuensi yang mengerikan bagi banyak orang dan tidak ada kepentingan siapa pun, dimulai dengan China," tuturnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat