PIKIRAN RAKYAT - Investigasi kongres Amerika Serikat (AS) untuk mengungkap masalah yang dialami pesawat 737 Max keluaran Boeing masih terus dilakukan.
Pesawat tersebut telah menyebabkan dua kecelakaan paling mematikan di dunia pada 2018 di Indonesia dan 2019 di Ethiopia dengan total korban tewas 346 orang.
Baru-baru ini, percakapan internal para pegawai Boeing dibuka ke publik untuk penyelidikan lebih lanjut.
Baca Juga: Abu Vulkanik dari Gunung Taal Sebabkan Manila Lumpuh, Sekolah dan Pusat Belanja Terpaksa Ditutup
Komunikasi antarpegawai lewat aplikasi perpesanan (chat) dan surel (e-mail) tersebut kebanyakan berisi komentar para pegawai terhadap produk 737 Max yang pertama kali dirilis pada Januari 2016.
Sebagian besar komentar yang dilontarkan merupakan ujaran buruk lantaran banyaknya masalah teknis dari pesawat baru ini.
"Maukah kamu menempatkan keluargamu di pesawat simulator 737 Max? Saya sih tidak," ucap salah satu pegawai pada Februari 2018 dikutip Pikiran-Rakyat.com dari New York Times.
Baca Juga: Komisioner KPU Terjerat OTT KPK, DPR Ingatkan Pilkada 2020 Tidak Jadi Ladang Korupsi
Permasalahan utama pesawat itu berdasarkan percakapan daring tersebut memang terkait perangkat lunak/software dan masalah lain di simulator penerbangan khusus 737 Max.