kievskiy.org

Profesor NASA Ditangkap FBI, Disebut Diam-diam 'Main Mata' dengan Pemerintah Tiongkok

FEDERAL Bureau of Investigation (FBI)  Amerika Serikat.*
FEDERAL Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat.* /Twitter @FBI

PIKIRAN RAKYAT - Seorang profesor yang didanai oleh badan antariksa NASA ditangkap karena diduga merahasiakan hubungan dengan pemerintah komunis Tiongkok dari pihak berwenang Amerika Serikat.

Federal Bureau of Investigation (FBI) menangkap profesor Simom Saw-Teong Ang dari University of Arkansas yang diduga menipu NASA dan pihak universitas karena gagal untuk mengungkapkan bahwa ia memegang posisi lain di sebuah universitas dan perusahaan di Tiongkok.

Sebagai profesor dan peneliti teknik elektro di University Arkansas sejak 1988, Ang didakwa terhadap tuduhan penipuan kabel kawat, tidak termasuk hubungannya dengan Tiongkok atas pengajuan dana hibah yang berhasil ke NASA senilai lebih dari setengah juta dolar atau sekitar Rp 7,4 miliar.

Baca Juga: Jadi Produser Serial Netflix, Robert Downey Jr Pindah Haluan dari Marvel Menuju DC

"Representasi palsu material untuk NASA dan University of Arkansas ini menghasilkan banyak kabel yang akan dikirim dan diterima yang memfasilitasi skema Ang untuk menipu," kata Departemen Kehakiman AS dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com dari The Independent.

Agen khusus FBI Jonathan Willett menuduh bahwa Ang gagal melaporkan keterlibatannya dalam program China's Thousand Talents Scholar antara tahun 2012 hingga 2018, selain dari pengungkapan di tahun 2014.

"Talents berencana mengintegrasikan teknologi asing ke Tiongkok dengan merekrut para ahli bisnis dan universitas di seluruh dunia untuk mengisi pekerjaan teknis yang mendorong inovasi dan pertumbuhan ekonomi," tulis Willett dalam pernyataan tertulisnya.

Baca Juga: AS Tuding Tiongkok sebagai Dalang Pencurian Data Penelitian COVID-19

"Berbagai program talent, pemerintah Tiongkok menggunakan tunjangan keuangan, pribadi, dan profesional sebagai imbalan untuk bekerja dengan universitas, bisnis, dan perusahaan milik negara di Tiongkok," tambahnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat