kievskiy.org

Ramadan di AS, Warga Muslim Merasa Lebih Ringan Menjalankan Puasa Selama Pandemi

Muhanna dan Yuhaniz.*
Muhanna dan Yuhaniz.* /US Embassy Jakarta

PIKIRAN RAKYAT - Bagi sejumlah Muslim di AS, puasa selama masa pandemi ternyata membuat mereka lebih dekat dengan keluarga. Selain itu, karena sepanjang waktu di rumah, puasa yang durasinya di AS bisa mencapai 16 jam itu, bisa dijalani lebih ringan ketimbang tahun lalu.

Setidaknya, hal itu dirasakan dua warga Muslim AS Yuhaniz Ally dan Muhammad Muhanna. Kedua anak muda ini menjadi pembicara dalam diskusi virtual bertajuk "Ramadan di AS Kala Pandemi Melanda”, yang disiarkan langsung via FB Live, Jumat 15 Mei 2020.

Acara tersebut digelar Kedubes AS bekerjasama dengan Ramatloka dan Madrasah Digital.
Lebih dari 5.000 orang, termasuk dari komunitas Ramatloka, hadir menyaksikan acara tersebut secara daring dari rumah mereka masing-masing.

Baca Juga: Gaet KIBAR dan NIF UK, KBRI di London Ciptakan Permainan Virtual 'Dawn of Civilzation: Solve Corona'

Dalam paparannya soal Ramadan di AS, keduanya memberikan pandangan serupa, bahwa Ramadan kali ini membuat mereka menjadi sangat dekat dengan keluarga. Pasalnya, pembatasan sosial yang diterapkan di AS dan juga dunia selama pandemi, telah membuat mereka menghabiskan waktu sepenuhnya di rumah. Termasuk kuliah dan beribadah di rumah.

Khususnya bagi Yuhaniz, yang pernah belajar bahasa Indonesia lewat program beasiswa The National Security Language Initiative for Youth (NSLI-Y) yang dibiayai pemerintah AS itu, masa pandemi juga menjadikan puasa tahun ini dijalani lebih ringan. Pasalnya, kata Yuhaniz, sepanjang waktu dirinya erada di rumah.

Sementara pada Ramadan tahun lalu, dia harus kuliah jauh di Washington, yang cukup menguras energi. Apalagi di AS, kata Yuhaniz, durasi puasa bisa mencapai 16 jam
Selain itu, dia juga tinggal di asrama yang lokasinya jauh dari kediaman orang tua di Seattle.

Baca Juga: Simak Fakta Penggunaan Fogging di Dalam Mobil untuk Membunuh COVID-19, Ternyata Dapat Merusak

"Meski tahun ini memang agak membosankan karena setiap hari di rumah, tapi ini juga membuat saya lebih mudah menjalankan puasa tahun ini ketimbang tahun lalu," ujar Yuhaniz yang orang tuanya merupakan immigrant dari Kampung Champ di Kamboja.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat