kievskiy.org

Sejarah Perkembangan Listrik, Berawal dari Gesekan Batu Ambar

Ilustrasi listrik.
Ilustrasi listrik. /Freepik/jannoon028

PIKIRAN RAKYAT - Tanpa adanya aliran listrik, maka kita tidak bisa bekerja, menonton televisi, mencuci baju atau memasak.

Listrik menjadi sangat penting bagi kehidupan modern seperti saat ini.

Perkembangan listrik bermula saat pertama kali ditemukan oleh Thales, seorang ilmuwan asal Yunani sekitar tahun 600 SM.

Baca Juga: Profil Kaisar Hirohito, Pemimpin Jepang yang Jadi Saksi Sejarah Perang Dunia II

Ia pertama kali mengetahui adanya listrik usai memperhatikan batu ambar yang digosokkan ke kain wol ternyata akan menarik benda ringan di sekitarnya.

Dilansir dari laman instituteforenergyresearch.org, kejadian itu menunjukkan merupakan contoh listrik statis. Namun kala itu, ia belum mengetahui peristiwa apa dan bagaimana itu bisa terjadi.
 
Pada 1733, penelitian fenomena batu ambar ini kemudian dilanjutkan oleh seorang ilmuwan asal Inggris bernama Willian Gilbert. Hingga akhirnya ia berhasil menemukan listrik.
 
 
Penelitiannya itu menemukan fenomena yang disebut electric, diambil dari bahasa Yunani "elektron" yang artinya batu ambar. Dari peristiwa itulah, Gilbert kembali meneliti lebih lanjut tentang listrik dan magnet.
 
Setelah Gilbert  ada seseorang dari Prancis yang meneliti listrik pada 1739. Ia adalah Charles du Fay. Hasil penelitiannya kali ini menemukan adanya muatan negatif dan positif dalam listrik.
 
Selanjutnya, peneliti listrik asal Amerika Serikat bernama Benjamin Franklin. Pada 1752, Franklin melakukan percobaan untuk menerbangkan layang-layang dengan kunci besi ke langit yang pada saat itu sedang banyak petir.
 
 
Petir pun menyambar kunci besi tersebut dan memercikkan api kecil. Percikan api tersebut mengenai punggung tangannya. Sebab itulah ia yakin bahwa itu merupakan listrik.
 
Namun berbagai pertanyaan muncul, bagaimana listrik tersebut dapat digunakan dengan aman untuk menerangi rumah?
 
Memasuki 1800-an, para peneliti masih kesulitan untuk membuat sumber listrik. Hingga akhirnya, penelitian dilanjutkan oleh seorang ilmuwan dari Italia, Alessandro Volta.
 
Volta mencelupkan sebuah kertas ke dalam air garam, kemudian ia menaruh zinc dan tembaga pada kedua ujung kertas tersebut. Ternyata reaksi kimia yang didapatkan tersebut mampu menghasilkan listrik. Inilah yang merupakan awal mula penemuan sel listrik.
 
Setelah berhasil menghubungkan lebih banyak sel listrik, Volta berhasil menciptakan baterai sebagai sumber muatan listrik. Karena penemuannya yang sangat luar biasa, namanya pun dicantumkan kedalam satuan Volt untuk mengukur perbedaan tegangan listrik.
 
Kemudian pada 1831, Michael Faraday menemukan hal baru. Faraday adalah seorang ilmuan yang berasal dari Inggris. Ia menemukan bahwa listrik bisa dibuat dengan mengalirkan magnet listrik dengan kawat tembaga. 
 
Berdasarkan eksperimen Franklin dan para ilmuwan lainnya, dia mengamati bahwa arus listrik dapat diciptakan dengan menggerakkan magnet listrik di dalam gulungan kawat tembaga. 
 
Penemuan induksi elektromagnetik merevolusi cara bagaimana menggunakan energi. Faktanya, proses Faraday digunakan dalam produksi tenaga listrik modern, meskipun pembangkit listrik pada saat ini menghasilkan arus yang jauh lebih kuat dalam skala yang jauh lebih besar daripada perangkat yang diciptakan Faraday.
 
Pada era pembangkit listrik modern seperti saat ini, batu bara selalu menghasilkan lebih banyak listrik daripada sumber bahan bakar lainnya.
 
Dalam beberapa dekade terakhir, sumber bahan bakar lainnya bersaing untuk tempat kedua: pertama pembangkit listrik tenaga air, kemudian gas alam, tenaga nuklir, dan gas alam lagi.
 
Penemuan selalu dapat dipikirkan dengan cara yang berkembang menjadi sebuah cerita yang unik, jadi tidak terlalu penting untuk membahasnya.
 
Mungkin Benjamin Franklin dapat memantik masalah fenomena listrik, tapi Faraday belum tentu mampu untuk mengubah ide Franklin menjadi percikan yang lebih besar, listrik yang digunakan. Tentu saja, penemu hebat itu memulai semuanya dengan sebuah pengamatan yang mendalam terhadap sains. (M Rizki Andriansyah)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat