kievskiy.org

Makanan dan Air Bersih, Kemewahan yang Tak Mampu Dibeli Warga Palestina Akibat Pembantaian Israel Penjajah

Ilustrasi Palestina porak-poranda diserang Israel.
Ilustrasi Palestina porak-poranda diserang Israel. /Reuters/Arafat Barbakh

PIKIRAN RAKYAT - Dijejalkan di bawah tenda kecil compang-camping beratpakan selimut hitam tipis, anggota keluarga Hazem Abu Ghaben tidur gelisah di kasur robek yang memancarkan bau. Keluarga pengungsi itu memiliki rumah yang luas di Jabalia, Gaza utara, tetapi mereka harus meninggalkannya kala Israel penjajah memerintahkan 1,1 juta orang yang tinggal di utara dan kota Gaza untuk mengungsi ke selatan jalur di bawah pemboman ganas.

Dalam perjalanan evakuasi mereka yang sulit, dengan taksi yang tidak terlihat karena serangan udara terus menerus, keluarga itu harus melintasi lebih dari 10 kilometer di tengah kekacauan pembantaian, bergabung dengan lautan orang-orang terlantar. Mereka meninggalkan semua barang, hanya membawa beberapa selimut dan pakaian.

"Ketika kami mencapai pos pemeriksaan militer Israel, kami berjalan sambil mengangkat kartu identitas kami. Itu sangat menakutkan, karena mereka secara sewenang-wenang menangkap dan membunuh orang," kata Hazem Abu Ghaben.

Setelah melewati pos pemeriksaan militer, dia dan keluarganya menghadapi tantangan untuk menemukan transportasi. Karena tidak dapat menemukan taksi, mereka menggunakan gerobak keledai.

Pemilik gerobak setuju untuk mengangkut mereka sekitar dua kilometer, setelah itu mereka harus berjalan hampir tujuh kilometer untuk mencapai kamp Al-Nuseirat yang terletak di tengah jalur. Setelah tiba, keluarga itu mencari perlindungan dari pembantaian yang sedang berlangsung dan akhirnya menemukan tempat berlindung di sebuah sekolah PBB.

Karena tidak dapat membawa kasur atau tempat tidur dari rumah, keluarga Hazem Abu Ghaben harus puas tidur di tanah di halaman sekolah.

"Saya menemukan teman saya di sekolah yang sama, dan kami mulai berbagi kasur yang sama. Saya membuat tempat berlindung seperti tenda dari selimut untuk melindungi anak-anak saya dari hujan. Saya sudah di sini selama sebulan. Ini sangat sulit dan tak tertahankan," tuturnya.

Kekurangan Kebutuhan Pokok

Situasi mengerikan di tempat penampungan diperburuk oleh kurangnya produk pembersih, persediaan, dan air bersih. Kondisi yang penuh sesak di tempat penampungan telah menciptakan tempat berkembang biak bagi penyakit, menimbulkan ancaman signifikan bagi populasi pengungsi.

"Orang-orang bahkan tidak bisa membeli produk pembersih, untuk menghemat uang untuk makanan agar tidak kelaparan," ucap Hazem Abu Ghaben.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat