kievskiy.org

Israel Penjajah Buru Mati-matian 3 Pimpinan Hamas, Diklaim Biang Serangan 7 Oktober 2023

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant saat konferensi pers di pangkalan militer Kirya di Tel Aviv, Israel, 28 Oktober 2023.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant saat konferensi pers di pangkalan militer Kirya di Tel Aviv, Israel, 28 Oktober 2023. / ABIR SULTAN POOL/Pool via REUTERS

PIKIRAN RAKYAT - Agresi militer Israel Penjajah di Gaza Palestina kembali dilanjutkan, setelah adanya gencatan senjata selama tujuh hari penuh, demi pertukaran sandera dari kedua belah pihak.

Jumat, 1 Desember 2023, gencatan senjata dengan Qatar sebagai mediator utama gagal diperpanjang, sehingga serangan darat dan udara brutal berlanjut sebagaimana situasi sebelum jeda kemanusiaan.

Israel melegitimasi tindakan pengeboman di wilayah sipil Palestina dengan dalih sedang memburu mati-matian tiga pimpinan Hamas, yang salah satunya diklaim sebagai dalang di balik serangan 7 Oktober lalu.

Ketiga pimpinan yang dimaksud adalah Kepala sayap militer Hamas, Mohammed Deif (58), Wakil Kepala sayap militer Hamas, Marwan Issa (58), dan Pimpinan Hamas di Gaza, Yahya Sinwar (61).

Sinwar, Deif, dan Issa membentuk dewan militer rahasia yang beranggotakan tiga orang di tubuh Hamas. Bersama kelompok rahasia itu, menurut klaim Israel, ketiganya merencanakan serangan 7 Oktober.

Ketiga pemimpin tersebut juga diketahui memimpin negosiasi pertukaran tawanan dan sandera. Semua kegiatan itu dilakukan ketiga pimpinan dari bunker di bawah Gaza, yang saat ini posisi tepatnya belum ditemukan Israel.

Baca Juga: Prabowo Putar Otak Labuhkan Kapal RS Indonesia di Gaza, Mesir Belum Beri Izin

Dikutip dari Reuters, Sabtu, 2 Desember 2023, Pakar militer Israel menilai bahwa membunuh Sinwar, Deif, dan Issa akan memungkinkan Israel mengklaim kemenangan simbolis.

“Jika (Israel) bisa mengumumkan 'kami telah membunuh Sinwar, kami telah membunuh Marwan Issa, kami telah membunuh Mohammed Deif', itu adalah pencapaian yang sangat jelas, simbolis, dan substantif,” kata Direktur Program Studi Militer dan Keamanan di Institut Kebijakan Timur Dekat Washington, Michael Eisenstadt.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat