kievskiy.org

Natal 2023 di Tanah Kelahiran Yesus: Tak Ada Pohon Natal Raksasa, Bendera Palestina dan Spanduk Membentang

Sebuah suar jatuh di Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, seperti yang terlihat dari Israel selatan, 24 Desember 2023.
Sebuah suar jatuh di Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, seperti yang terlihat dari Israel selatan, 24 Desember 2023. /Reuters/Violeta Santos Moura

PIKIRAN RAKYAT - Betlehem merupakan kota alkitabiah di Tepi Barat yang diduduki Israel penjajah. Orang Kristen percaya Yesus Kristus lahir di palungan lebih dari 2.000 tahun yang lalu, dan pembantaian Israel penjajah membatalkan perayaan Natal tahunan yang biasanya menarik ribuan wisatawan.

Kota tersebut menyingkirkan pohon Natal raksasa, marching band, dan adegan kelahiran yang flamboyan tahun ini, hanya dengan beberapa lampu meriah. Di pusat kota, bendera Palestina besar telah dibentangkan dengan spanduk yang menyatakan "Lonceng Betlehem berdering untuk gencatan senjata di Gaza".

"Banyak orang sekarat untuk tanah ini. Sangat sulit untuk merayakannya saat orang-orang kita sekarat," kata Nicole Najjar, seorang siswa berusia 18 tahun.

Duka Paus Fransiskus

Paus Fransiskus memulai perayaan Natal 2023 global dengan ratapan. Pasalnya, genosida paling mematikan Israel penjajah di Gaza telah menewaskan lebih dari 20.000 warga Palestina.

Aksi pembantaian di Gaza itu pun membayangi kala dia memimpin Misa malam Natal 2023 pada Minggu 24 Desember 2023. Ibadat tersebut dihadiri oleh 6.500 orang di Basilika Santo Petrus di Vatikan.

"Pesan perdamaian Yesus sedang ditenggelamkan oleh 'logika perang' di tanah kelahirannya," kata Paus Fransiskus.

"Malam ini, hati kita berada di Betlehem, di mana Raja Damai sekali lagi ditolak oleh logika perang yang... oleh benturan senjata yang bahkan hari ini mencegahnya menemukan ruang di dunia," tuturnya menambahkan.

Pemimpin Katolik berusia 87 tahun itu mengatakan, pesan Natal yang sebenarnya adalah perdamaian dan cinta. Paus Fransiskus pun mendesak orang untuk tidak terobsesi dengan kesuksesan duniawi dan 'penyembahan berhala konsumerisme'.

"Benang yang terlalu manusiawi yang berjalan melalui sejarah: pencarian kekuatan dan kekuatan duniawi, ketenaran dan kemuliaan, yang mengukur segala sesuatu dalam hal kesuksesan, hasil, angka dan angka, dunia yang terobsesi dengan pencapaian," ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat