kievskiy.org

Patahan Bawah Semenanjung Noto Pemicu Gempa 7,6 Magnitudo di Jepang

Rumah runtuh akibat gempa di Wajima, prefektur Ishikawa, Jepang 1 Januari 2024, foto oleh Kyodo/REUTERS
Rumah runtuh akibat gempa di Wajima, prefektur Ishikawa, Jepang 1 Januari 2024, foto oleh Kyodo/REUTERS

PIKIRAN RAKYAT - Gempa bumi dahsyat dengan kekuatan 7,6 magnitudo yang mengguncang Jepang pada awal tahun baru lalu dikonfirmasi oleh para pakar Jepang sebagai akibat dari pergerakan patahan atau sesar yang membentang sekitar 150 kilometer di bawah Semenanjung Noto.

Kyodo, kantor berita utama Jepang, melaporkan bahwa faktor lain yang berkontribusi adalah aktivitas seismik yang kemungkinan akan berlanjut dalam jangka waktu tertentu.

Para pakar tidak secara spesifik mengungkapkan nama patahan atau sesar yang memicu gempa pada Minggu itu, namun mereka meyakini bahwa gempa berkekuatan 7,6 magnitudo disebabkan oleh sesar terbalik. Hal ini terjadi ketika dinding atas sesar bergeser ke atas menjauhi footwall, bagian sesar yang berada di bawah bidang sesar.

Area aktivitas tektonik ini meluas di dalam dan sekitar Semenanjung Noto, mendorong para pakar untuk memberikan peringatan kepada penduduk sekitar agar tetap waspada terhadap kemungkinan gempa susulan dengan kekuatan hingga 7 pada skala intensitas gempa Jepang.

Peringatan tsunami yang meliputi sebagian besar pantai barat laut Jepang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Jepang pada Senin, 1 Januari 2024.
Peringatan tsunami yang meliputi sebagian besar pantai barat laut Jepang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Jepang pada Senin, 1 Januari 2024.

Sejak Desember 2020, aktivitas seismik kuat telah terdeteksi di bagian utara Semenanjung Noto, yang terletak di Prefektur Ishikawa. Kawasan ini sebelumnya telah mengalami gempa berkekuatan 5,4 magnitudo pada Juni 2022 dan gempa berkekuatan 6,5 magnitudo pada Mei 2023.

Gempa berkekuatan 7,6 magnitudo melanda kota Shika di Prefektur Ishikawa pada Senin sore, menyebabkan gempa susulan di Semenanjung Noto dan sekitarnya dengan kekuatan hingga 5 magnitudo. Naoshi Hirata dari Universitas Tokyo, yang memimpin panel pakar, menyatakan bahwa sampai saat ini belum diketahui secara pasti bagian mana dari patahan tersebut yang bergerak.

Meskipun beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir di sepanjang pantai Laut Jepang terhindar dari kerusakan serius akibat gempa, peringatan tsunami dan perintah evakuasi di sembilan prefektur menciptakan kekhawatiran publik terkait keselamatan tenaga nuklir di negara rawan gempa ini.

Seiring rencana Pemerintah Jepang untuk meningkatkan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebagai bagian dari kebijakan "transformasi hijau," kejadian ini menyoroti tantangan yang dihadapi oleh sektor nuklir dalam menjaga keamanan di tengah potensi gempa yang tinggi.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat