kievskiy.org

Israel Penjajah Akui Usir Warga Palestina di Gaza, Ingin Kuasai Wilayah Gush Katif dan Samaria Utara

Kendaraan militer Israel berbaris di pantai, di tengah operasi darat tentara Israel yang sedang berlangsung terhadap kelompok Islam Palestina Hamas, di Jalur Gaza.
Kendaraan militer Israel berbaris di pantai, di tengah operasi darat tentara Israel yang sedang berlangsung terhadap kelompok Islam Palestina Hamas, di Jalur Gaza. /Reuters/IDF

PIKIRAN RAKYAT – Pernyataan mengejutkan disampaikan Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Penjajah, Itamar Ben Gvir. Dia terang-terangan menyerukan warga Palestina untuk secara sukarela didorong meninggalkan Jalur Gaza.

Ben Gvir menyebut upaya Israel Penjajah untuk mengusir warga Gaza dari tanah Palestina, adalah demi merebut kembali wilayah tersebut. Menteri Keamanan Nasional Israel Penjajah itu juga ingin membumi hanguskan Hamas, yang dinilai sebagai teroris.

Adapun dua wilayah yang ingin dikuasai Israel Penjajah adalah Gush Katif dan Samaria Utara. Mereka menyebut jika wilayah tersebut tak diserahkan, maka aka nada serangan-serangan lain yang dihadapi warga Palestina di Gaza.

“Kita harus kembali ke Gush Katif dan Samaria Utara… jika tidak ingin hal ini (perang) terjadi lagi untuk ketujuh atau kesepuluh kalinya, kita harus kembali ke rumah dan mengontrol wilayah tersebut, mendorong imigrasi, dan hukuman mati bagi teroris,” kata Ben Gvir.

Baca Juga: KPK Periksa Ribka Tjiptaning Terkait Kasus Dugaan Pencurian Uang Rakyat di Kemenaker

Gush Katif merupakan sebuah blok yang terdiri dari 17 pemukiman Israel di Gaza selatan. Ben Gvir juga menandatangani petisi untuk mendesak kemenangan mutlak di Gaza.

“Kemenangan dan pembaruan pemukiman di Gaza,” ujar isi dari petisi tersebut.

Pihak-pihak yang menandatangani petisi tersebut berjanji akan menumbuhkan pemukiman Yahudi yang penuh kehidupan di Gaza. Para pihak yang menandatangani petisi itu juga terlihat mengibarkan bendera Israel dan bersorak.

Usai Ben Gvir menyampaikan pidato, orang-orang bersorak dan meneriakkan ‘kematian bagi orang-orang Arab’. Sontak saja pernyataan tersebut menimbulkan kontroversi dan kemarahan publik internasional.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat