kievskiy.org

Netanyahu Makin Ganas Serang Rafah Awal Ramadhan: Pilihannya Cuma Israel atau Hamas

Perdana Menteri Israel Penjajah, Benjamin Netanyahu makin ganas dan garang menyerang Rafah, meski rakyat Palestina tengah memasuki awal bulan Ramadhan.
Perdana Menteri Israel Penjajah, Benjamin Netanyahu makin ganas dan garang menyerang Rafah, meski rakyat Palestina tengah memasuki awal bulan Ramadhan. /Reuters/Ronen Zvulun

PIKIRAN RAKYAT - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu justru makin garang meniatkan serangan militer di Gaza. Dia bahkan telah mengumumkan serangan lanjutan di Rafah, terlepas dari komitmen Israel Penjajah soal Ramadhan.

Sebelumnya, Israel berjanji tak akan menghalangi atau menyerang rakyat Palestina selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1445 H/2024 M. Namun, baru saja menginjak hari ketiga, Netanyahu mencederai komitmen tersebut.

Senin, 11 Maret 2024, ia membela rencananya untuk memperluas serangan militer Israel ke kota Rafah di selatan Gaza. Netanyahu menepis keberatan Presiden AS, Joe Biden dan para pemimpin dunia lainnya soal invasi ke kamp pengungsian terakhir Palestina, di Rafah.

"Kita tidak ingin membiarkan seperempat tentara teror Hamas tetap berada di tempatnya (di Rafah),” ujar Netanyahu, dikutip dari USA Today, Rabu, 13 Maret 2024.

“Dengar, ini pilihannya cuma (dua), Israel atau Hamas. Tidak ada jalan tengah,” kata Netanyahu lagi.

Netanyahu mengibaratkan Hamas seperti Nazi. Dia bertekad tidak akan menyisakan satu pun pasukan Hamas untuk dibiarkan hidup di benteng terakhir pertahanannya. Dalam hal ini, benteng terakhir Hamas adalah Rafah, perbatasan antaran Gaza dan Mesir.

Baca Juga: Joe Biden Frustrasi dengan Netanyahu, Dikritik karena Merugikan Israel Penjajah

Netanyahu melanjutkan, Hamas harus dikalahkan sepenuhnya atau kelompok militan itu akan berkumpul kembali, mendapatkan kembali kendali atas Gaza dan mengulangi insiden 7 Oktober yang menewaskan hampir 1.200 orang serta menyebabkan sekitar 250 sandera Israel diambil ke Gaza.

"Untuk memenangkan perang ini, kita harus menghancurkan prajurit Hamas yang tersisa di Rafah. Kalau tidak, Hamas akan membentuk ulang kelompok mereka dan menguasai kembali Gaza, dan kita hanya akan mundur kembali ke awal (perang). Itu ancaman yang tidak bisa ditoleransi dan diterima," ujar dia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat