kievskiy.org

Xi Jinping dan Budaya Prancis: 'Kebesaran Hati yang Lebih Luas dari Langit'

Presiden China Xi Jinping menyampaikan pesan Tahun Baru via China Media Group dan internet di Beijing menjelang tahun 2024.
Presiden China Xi Jinping menyampaikan pesan Tahun Baru via China Media Group dan internet di Beijing menjelang tahun 2024. /(Xinhua/Ju Peng)


PIKIRAN RAKYAT
- Setiap kali Presiden China Xi Jinping menyampaikan pidato Tahun Baru, rak buku kantornya di dalam kompleks Zhongnanhai selalu menarik perhatian para pecinta buku dari dalam negeri maupun seluruh penjuru dunia yang penasaran dengan koleksinya.

Saat kamera bergerak, pemirsa yang cermat dapat menemukan bahwa dalam koleksi buku Xi terdapat beberapa mahakarya Prancis klasik, termasuk The Spirit of Laws, Les Miserables, The Red and The Black, dan The Human Comedy.

"Saya mengembangkan minat yang besar terhadap budaya Prancis dan khususnya sejarah, filsafat, sastra, dan seni Prancis ketika saya masih muda," kenang Xi.

Xi merupakan sosok yang rajin membaca. Pembacaan yang sangat banyak telah membantu membentuk perspektif globalnya. Setelah mulai menjabat sebagai pemimpin tertinggi China, dia menjadikan interaksi budaya sebagai ciri khas diplomasinya, memperkuat pemahaman yang lebih baik antara China dan dunia yang lebih luas.

Saat China dan Prancis merayakan 60 tahun terjalinnya hubungan diplomatik tahun ini, Xi Jinping akan melakukan kunjungan kenegaraan ketiganya ke negara Eropa tersebut. Semua mata tertuju padanya untuk melihat bagaimana penggemar budaya Prancis ini akan mendekatkan dua peradaban besar Timur dan Barat.

DARI STENDHAL HINGGA HUGO

Selama masa remajanya di akhir tahun 1960-an, Xi dikirim ke Liangjiahe, sebuah desa miskin yang terletak di Dataran Tinggi Loess, China, sebagai "pemuda terpelajar" untuk "belajar dari para petani."

Di tengah kehidupan pedesaan yang sulit, membaca menjadi pelipur lara spiritual Xi. Dia membaca setiap sastra klasik yang dapat dia temukan di dusun itu, dan di antaranya adalah The Red and The Black.

Foto dokumentasi yang diabadikan pada 1972 ini menunjukkan Xi Jinping, yang saat itu merupakan
Foto dokumentasi yang diabadikan pada 1972 ini menunjukkan Xi Jinping, yang saat itu merupakan
"The Red and The Black karya Stendhal sangat berpengaruh," kenang Xi bertahun-tahun kemudian. "Namun, ketika menggambarkan seluk-beluk dunia, karya Balzac dan Maupassant adalah yang terbaik, misalnya The Human Comedy karya Balzac."

Buku-buku klasik karya tokoh-tokoh Prancis meninggalkan kesan yang begitu mendalam bagi Xi sehingga dia sering mengutipnya, khususnya Victor Hugo, dalam pidatonya. Saat berpidato di konferensi perubahan iklim Paris tahun 2015 yang menyerukan sebuah kesepakatan, Xi mengutip kalimat perseptif dari Les Miserables: “Tekad terbesar menghasilkan kebijaksanaan terbesar.”

Xi juga memiliki kecintaan pada karya seni Prancis. Dia menikmati musik dari sejumlah komposer Prancis seperti Bizet dan Debussy. Dia telah mengunjungi beberapa situs budaya, mulai dari Arc de Triomphe yang megah hingga aula mewah Chateau de Versailles. Jauh di lubuk hatinya, koleksi abadi di Museum Louvre dan tempat suci yang dihormati Katedral Notre Dame adalah harta abadi peradaban manusia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat