kievskiy.org

Diskop, UMKM, dan Perindag akan Merevitalisasi 3 Pasar Tradisional

BAGIAN depan Pasar Cimanggung di Jalan Parakanmuncang, Kec. Cimanggung, tampak tertutupi tumpukan sampah yang menggunung, beberapa waktu lalu. Karena kondisi pasar itu terlihat kumuh, kotor dan semrawut dengan lalu lintas kendaraan, sehingga Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumedang, tahun depan akan merevitalisasi pasar.*
BAGIAN depan Pasar Cimanggung di Jalan Parakanmuncang, Kec. Cimanggung, tampak tertutupi tumpukan sampah yang menggunung, beberapa waktu lalu. Karena kondisi pasar itu terlihat kumuh, kotor dan semrawut dengan lalu lintas kendaraan, sehingga Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumedang, tahun depan akan merevitalisasi pasar.*

SUMEDANG, (PRLM).-Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskop UMKM dan Perindag) Kabupaten Sumedang, tahun ini kembali merevitalisasi tiga pasar tradisional lainnya, setelahnya Pasar Sandang Sumedang di Kec. Sumedang Utara. Ketiga pasar tradisional itu, antara lain Pasar Wado, Darmaraja dan Conggeang. Konsep revitalisasinya, membangun pasar tradisional menjadi pasar semi modern. “Revitalisasi ketiga pasar tradisional ini, sangat penting karena manfaatnya sangat besar bagi para pedagang, masyarakat dan peningkatan perekonomian daerah,” kata Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Perindag Kabupaten Sumedang, Dicky Rubiana ketika ditemui di kantornya, Selasa (27/10/2015). Menurut dia, revitalisasi ketiga pasar tradisional itu, sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional dari gempuran pasar modern yang marak saat ini. Namun demikian, para pedagang pasar tradisional jangan terlalu khawatir. Sebab, pasar tradisional punya keunggulan dan memiliki kekhasan budaya ketimuran. Selain pasar tradisional sebagai barometer perekonomian masyarakat di satu daerah, juga transaksi di antara pedagang dan pembeli terjalin ikatan kekeluargaan dan silaturahmi. “Nilai-nilai itu lah, yang tidak dimiliki saat bertransaksi di pasar modern. Melalui revitalisasi ini kami berusaha menciptakan kenyamanan berbelanja. Pedagang juga harus meningkatkan pelayanan sekaligus mengelola usahanya secara profesional,” tuturnya didampingi Sekretaris Diskop UMKM dan Perindag, Engkos Kosmala Dicky mengatakan, revitalisasi ketiga pasar tradisional itu bersumber dari APBN pemerintah pusat tahun ini. Untuk Pasar Wado, anggarannya sebesar Rp 7 miliar, Pasar Darmaraja Rp 1,6 miliar dan Pasar Conggeang Rp 1,9 miliar. Keberadaan ketiga pasar tradisional itu dinilai sangat potensial dan strategis. Contohnya Pasar Wado dan Darmaraja. Pembangunan kedua pasar itu tak hanya meningkatkan daya saing terhadap pasar modern, juga untuk memanfaatkan peluang kehadiran Waduk Jatigede yang masih dalam proses penggenangan. “Pasar Wado dan Darmaraja, tak sebatas melayani konsumen masyarakat sekitar, melainkan para pengunjung dari luar kota yang sengaja berwisata dan berekreasi ke Waduk Jatigede. Bukan hanya menyediakan berbagai produk kebutuhan sehari-hari saja, melainkan dilengkapi berbagai fasilitas pendukungnya, seperti sarana permainan anak, resto bahkan peralatan wisata air. Misalnya, peralatan pancing. Makanya Pasar Wado dan Darmaraja dibangun dua lantai dengan lahan parkir yang luas. Letak pasarnya pun sangat strategis karena dekat wilayah genangan Jatigede,” ujar Dicky Lebih jauh ia menjelaskan, Diskop, UMKM dan Perindag pun, tahun depan akan melakukan revitalisasi Pasar Cimanggung dan Tanjungsari. Revitalisasi kedua pasar itu pun dinilai sangat mendesak karena keberadaannya dinilai potensial. Bahkan lokasi Pasar Cimanggung sangat strategis karena berada di kawasan pabrik, di jalur alternatif mudik Bandung-Garut serta berdekatan dengan interchange tol Cisumdawu (Cilenyi-Sumedang-Dawuan) di daerah Simpang Pamulihan. Namun demikian, peluang dan potensi itu tidak berbanding lurus dengan kondisi Pasar Cimanggung saat ini. Selain kumuh dan tak berbentuk bagian depan pasarnya, juga terkotori tumpukan sampah di depan pasar dan di pinggir Jalan Parakanmuncang. Bahkan tumpukan sampai itu, acapkali memacetkan jalan. “Itu sebabnya, Pasar Cimanggung mendesak harus segera direvitalisasi. Pasar Tanjungsari juga tak luput dari pembangunan. Karena, lokasinya sangat strategis berdekatan dengan kawasan Pendidikan Jatinangor. Konsep kami, diharapkan Pasar Tanjungsari menjadi pasar tradisionalnya para mahasiswa. Makanya kenyamanan, kebersihan dan keamanannya harus sama dengan pasar modern, termasuk dilengkapi berbagai fasilitasnya,” ujarnya. Sayangnya, kata Dicky menambahkan, proses revitalisasi Pasar Cimanggung dan Pasar Tanjungsari terkendala masalah lahan. Lahan di kedua pasar itu, digugat oleh warga pemilik tanah sehingga harus menempuh proses hukum di pengadilan. “Kemarin kami membahas masalah tanah di Pasar Tanjungsari. Hasilnya, persoalan tanah tersebut akan diselesaikan di pengadilan. Pihak penggugat tadinya mau bernegoisasi. Namun, kami tetap akan menyelesaikan kasus sengketa tanah ini di pengadilan supaya objektif dan transparan,” ucapnya. (Adang Jukardi/A-89)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat