kievskiy.org

Cadangan Beras di Ciamis Masih Aman untuk Empat Bulan

CIAMIS,(PR).- Cadangan beras yang ada di tangan masyarakat tatar galuh Ciamis mencapai 48.617 ton. Ketersediaan bahan makanan pokok tersebut masih mampu memenuhi kebutuhan pangan selama empat bulan ke depan. "Masih banyaknya beras di tangan masyarakat tersebut, secara langsung dapat mengamankan ketersediaan pangan hingga memasuki musim panen berikut. Untuk empat bulan kedepan masih aman," tutur Kepala Bidang Ketersediaan dan Kewaspadaan Pangan, Badan Pelaksana Penyuluah Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Ciamis, Yayat Sudaryat, Kamis 21 April 2016. Dia mengatakan hal tersebut ketika ditemui di sela panen raya Kelompok Tani Sri Waringin, Desa Gegempalan, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis. Panen raya diawali oleh Bupati Ciamis Iing Syam Arifin, serta Komandan Kodim 0613 Ciamis, Slamet. Yayat mengatakan kebutuhan beras untuk warga tatar galuh Ciamis mencapai 16.115,71 ton per bulan. Apabila produksi beras di Ciamis dibandinsebanyak 66.903,86 ton. Dengan demikian, produksi beras lokal mampu memenuhu kebutuhan lokal. "Sebagian besar cadangan beras tersebut, ada ditangan petani. Sedangkan lainnya di tingkat pedagang maupun pengusaha penggilingan padi. Petani Ciamis, lebih menyimpan beras sebagai cadangan hingga memasuki panen berikut," jelasnya. Berbeda dengan petani di daerah lain seperti Indramayu , Karawang termasuk Subang yang , yang langsung menjual gabah pascapanen, petani tatar galuh Ciamis memilih terlebih dahulu membersihkan, mengeringkan serta menyimpan gabah yang baru dipanen. Hal itu disebabkan karena petani lebih mengutamakan memenuhi kebutuhan sendiri, sedangkan sisanya baru di lepas di pasar. "Jadi petani di Ciamis , umumnya menjual gabah sisa hasil panen sebelumnya. Hasil panen yang baru, disimpan untuk cadangan, serta sebagian dijual untuk modal tanam. Dengan cara tersebut petani tidak mengalami kekurangan pangan," ujarnya. Yayat Sudaryat mengungkapkan, saat ini harga gabah kering giling di Ciamis mencapai Rp 4.800 per kilogram. Harga tersebut, lanjutnya masih di atas harga pembelian pemerintah (HPP) Rp 3.700 per kilogram dengan berbagai persyaratan seperti kadar air dan gabah hampa. "Harga tersebut fluktuatif. Bahkan, asal gabah juga berpengaruh terhadap harga jual. Misalnya gabah asal Panumbangan, lebih mahal dibandingkan gabah dari wilayah Purwadadi atau Lakbok," ungkapnya. Terpisah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis, Kustini mengungkapkan saat ini tatar Galuh tengah memasuki masa panen raya. Rata-rata produktivitas persawahan di Ciamis mencapai 6,5 ton per hektare. "Setlah dialkukan perhitungan, memang ada yang mencapai 8 ton, akan tetapi juga 5,7 ton. untuk wilayah gegempalan persawahan tadah hujan mencapai 6,7 ton, atau masih di atas rata-rata kabupaten," katanya. Dalam kesempatan itu, dia mengingatkan menjelang musim kemarau agar petani, khususnya tadah hujan lebih arif dalam melakukan pola tanam. Dengan demikian, tidak muncul kerugian, akibat kekurangan air. "Diperkirakan sebentar lagi musim kemarau, untuk persawahan irigasi teknis, masih memungkinkan tanam padi. Akan tetapi bagi sawah tadah hujan, ditambah air minim, perlu ada pertimbangan khusus apabila menanam padi," jelasnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat