kievskiy.org

Zaman Gorombolan dalam Karya Sastra dan Kawih Sunda, Suasana Muram dan Getir di Konflik DI/TII dan Pemerintah

WARGA memandangi rumah yang berdiri di bekas lokasi kediaman Imam DI/ TII SM Kartosoewirjo di Kampung Cisampang, Desa Cidugaleun, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu, 7 Maret 2020. Di lokasi tersebut, proklamasi DI/TII berkumandang dan menandai konflik panjang yang makan ribuan korban jiwa di Jawa Barat.*
WARGA memandangi rumah yang berdiri di bekas lokasi kediaman Imam DI/ TII SM Kartosoewirjo di Kampung Cisampang, Desa Cidugaleun, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu, 7 Maret 2020. Di lokasi tersebut, proklamasi DI/TII berkumandang dan menandai konflik panjang yang makan ribuan korban jiwa di Jawa Barat.* /Pikiran Rakyat/Bambang Arifianto

PIKIRAN RAKYAT - Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) puluhan tahun lalu membuat kondisi Jawa Barat tak aman. Kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat terganggu, pengungsi mengalir ke wilayah yang dianggap aman dari konflik tersebut. 

Gambaran muramnya kehidupan di zaman gerombolan itu pun tercatat dalam karya sastra dan tembang Sunda dan Pikiran Rakyat menelusurinya.

Kabut pagi menyelimuti Gunung Galunggung kala dua pria bertemu dalam sosok mereka yang masih samar. Dengan sama-sama mengenakan sarung, mereka berserobok saat meniti pematang sawah dari arah yang berlawanan. 

Satu bergegas ke  utara dengan suara terompet markas tentara terdengar dari arah sana. Pria bersarung lain mengarah ke timur. Dialog dengan salah terka identitas terjadi ketika keduanya bertemu dan bertegur sapa. Ada yang menganggap pria dari arah yang berlawanan itu adalah anaknya. Sedangkan pihak lain menggap yang ditemui adalah adiknya.

Baca Juga: Arab Saudi Hapus 10 Negara dari Daftar Larangan Terbang Langsung, Indonesia Bagaimana?

Dalam salah terka, guratan kesedihan dan nasib muram mengemuka dalam percakapan mereka. 

"Sukur euy, silaing salamet. Ka mana maneh peuting lumpat (Sukur kamu selamat, kemarin kemana kamu melarikan diri)?" tanya pria yang menyangka bertemu anaknya. 

Di balas pria lain yang menyangka bertemu adiknya, "Geuning urang teh salamet. Nuhun Gusti. Di mana silaing nyumput tipeuting (Ternyata kita selamat. Terima kasih, Tuhan. Di mana kamu bersembunyi tadi malam)?"

Baca Juga: Kate Middleton Diisukan Hamil Anak ke-4, Komentator Kerajaan Buka Suara

Keduanya lalu saling berkeluh kesah tentang rumah yang ludes dibakar menjadi abu dalam satu malam. Cerita ditutup dengan pulihnya kesadaran kedua pria setelah berdialog dengan salah menebak identitas masing-masing. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat