kievskiy.org

Gerindra dan PKS Penguasa Baru DPRD Kota Tasikmalaya

ILUSTRASI pencoblosan tps pemilu KPU pileg.*/DOK.PIKIRAN RAKYAT
ILUSTRASI pencoblosan tps pemilu KPU pileg.*/DOK.PIKIRAN RAKYAT

KEKUATAN politik Kota Tasikmalaya berubah selepas pemilihan legislatif 2019. Sang penguasa parlemen lama,  Partai Persatuan Pembangunan terjungkal lantaran suara dan perolehan kursinya turun. Ya, Gerindra menjadi partai yang mampu menjungkalkannya. Raihan suara dan kursi Gerindra melesat ketimbang perolehannya pada Pileg 2014. Tak hanya Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera turut menjadi penguasa baru DPRD Kota Tasikmalaya.

Moncernya raihan suara Gerindra terlihat dari dominasi perolehan suara partai pimpinan Prabowo tersebut di empat daerah pemilihan berdasarkan data KPU Kota Tasikmalaya. Di Dapil 1 (Cihideung, Tawang, Bungursari), Gerindra meraih 5.297 suara. Perolehan itu terbanyak dibanding partai-partai lainnya. Demikan pula di tiga Dapil lainnya. Di Dapil 2 (Cipedes, Indihiang) 3.107 suara, Dapil 3 (Cibeureum, Tamansari, Purbaratu), Gerindra mendapat 4.102 suara dan Dapil 4 (Kawalu, Mangkubumi) 3.626 suara.  Total, Gerindra memperoleh 16.132 suara disusul PKS dengan 7.934 suara. Sementara PPP dan PDI Perjuangan masing-masing hanya mendapat 6.631 dan 7.659 suara.

Jumlah suara tentunya berdampak pada perolehan kursi di DPRD. Namun, KPU Kota Tasikmalaya belum melakukan penetapan terhadap para caleg yang lolos. Pasalnya, KPU masih menunggu informasi resmi Mahkamah Konstitusi terkait kemungkinan ada atau tidaknya gugatan hasil Pileg DPRD Kota Tasikmalaya hingga 1 Juli 2019. "Jika tidak ada (gugatan sengketa) paling lama tiga hari setelah itu (penetapan). Jika ada sengketa paling lama tiga hari setelah putusan MK," ucap Ketua KPU Ade Zaenul Muttaqin dalam pesan singkatnya, Sabtu 25 Mei 2019. Kendati demikian, "PR" mencoba memperkirakan  jumlah kursi dan caleg yang lolos dengan menggunakan metode Sainte Lague yang dipakai KPU dalam Pileg 2019.

Hasilnya, Gerindra diprediksi mendapat 11 kursi, PKS 7 kursi, PDIP dan PPP 6 kursi serta Golkar, PAN, Demokrat masing-masing 4 kursi. Pada Pileg 2014, Gerindra hanya mendapat 4 kursi sama seperti PKS. Tiga besar saat itu adalah PPP 10 kursi, PDIP 7 kursi, Golkar serta PAN 5 kursi.

Merosotnya suara PPP di Kota Santri bisa jadi imbas kasus hukum yang menjerat sejumlah kadernya. Di sisi lain, Gerindra mencuat karena faktor Prabowo sebagai magnet penarik suara. Hal tersebut dikemukakan Eki Sirojul Baehaqi, pengamat sekaligus dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Tasikmalaya.

Eki mencontohkan, kasus dugaan korupsi yang menjerat Ketua UMUM PPP Romahurmuziy dan Ketua DPC PPP Kota Tasikmalaya Budi Budiman. Kedua kasus tersebut ditengarai menjadi penyebab masyarakat mengalami ketidakpercayaan terhadap PPP di Kota Tasikmalaya. Apalagi, Budi Budiman juga menjabat wali kota. ‎"Selama ini rakyat ingin perubahan, tetapi di sisi lain ada fakta ternyata elit politik, termasuk PPP terbelit persoalan hukum," ucapnya.

Perpecahan PPP antara kubu Djan Faridz dan Romahurmuziy ikut andil dalam jebloknya suara partai tersebut. Beberapa kader militan pun meloncat ke partai lain. Gerindra menjadi opsi kader-kader PPP itu untuk melanjutkan kiprah mereka. Dengan Prabowo sebagai magnet penarik massa dan kehadiran kader PPP yang menyeberang, suara Gerindra meroket di Kota Tasikmalaya. PKS juga ketiban untung dengan jatuhnya penguasa lama. Eki menilai, kekuatan PKS hingga memperoleh kenaikkan kursi lantaran militansi kadernya yang masuk hingga akar rumput masyarakat dan program populis semacam STNK motor gratis dan SIM C seumur hidup. Tak pelak, Pileg 2019 menjadi bahan evaluasi PPP di Kota Tasikmalaya. Sedangkan bagi Gerindra, menarik  mencermati sepak terjangnya selepas menguasai kursi wakil rakyat. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat