SUPARNO Jumar, Relawan Komunitas Peduli Ciliwung tidak dapat menyembunyikan kekesalannya saat mendapati tumpukan sampah menutupi permukaan Sungai Ciliwung, tepatnya di sebrang Griya Katulampa, Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Sabtu, 28 Juli 2019.
Tumpukan sampah tersebut pertama kali ditemukan tim Satuan Tugas Naturalisasi Ciliwung pada aksi bersih sungai bertepatan dengan Hari Sungai Nasional, Sabtu kemarin.
Suparno kemudian mengabadikan tumpukan sampah yang didominasi sampah plastik tersebut di media sosial, termasuk video keresahannya akan persoalan sampah di Sungai Ciliwung.
“Hai guys¸sampah plastik enggak akan pernah selesai, persoalan sampah enggak pernah selesai, kalau budaya membuang sampah ke selokan, ke bibir sungai terus di lakukan. Tempat ini keren, keren! Tapi sampahnya lihat, teman-teman kesulitan membersihkan, coba mikir!,” seru Parno dalam video yang diunggahnya di media sosial.
Kekesalan Suparno bukan tanpa alasan. Sejak 2009, Suparno dan pegiat sungai lainnya sudah aktif tergabung dalam Komunitas Peduli Ciliwung di Bogor. Setiap akhir pekan, kegiatan aksi bersih sampah rutin mereka lakukan. Namun demikian, persoalan sampah di sungai, menurut Parno, bisa dibilang tak pernah usai.
Parno menyebut, sungai saat ini tidak lagi dipelihara sebagai bagian penting kehidupan manusia. Di sungai, semua sampah dan limbah sisa aktivitas sehari-hari ada. Kondisi tersebut tercermin dari tumpukan sampah yang ia temui di kawasan Griya Katulampa tersebut.
“Sungai merana, ekosistem terganggu. Lihat saja, perlahan manusia akan dibuat menderita oleh kebiasannya,” ucap Parno.
Sejak 2011 melalui Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2011 tentang sungai, pemerintah pusat menetapkan 27 Juli sebagai Hari Sungai Nasional. Namun demikian, Parno menilai, sejak ditetapkan hari tersebut, kondisi sebagian besar sungai di Indonesia belum menggembirakan.
“Ibarat orang sakit, penyakitnya tak kunjung pergi,” kata Parno.