kievskiy.org

DLHK Karawang Tunggu Keterangan Resmi Pertamina Terkait Terhentinya Tumpahan Minyak

PETUGAS mengumpulkan ceceran tumpahan minyak mentah di Pantai Sedari, Cibuaya, Karawang, Jawa Barat, Selasa, 10 September 2019 lalu.*/ANTARA
PETUGAS mengumpulkan ceceran tumpahan minyak mentah di Pantai Sedari, Cibuaya, Karawang, Jawa Barat, Selasa, 10 September 2019 lalu.*/ANTARA

KARAWANG, (PR).- Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Karawang tengah menunggu informasi resmi dari Pertamina terkait telah tertutupnya kebocoran migas dari sumur YYA-1. Setelah itu DLHK bakal menentukan langkah-langkah pemulihan (recovery) lingkungan yang terpapar tumpahan minyak mentah.

"Kami menerima informasi Pak Ifki Sukarya, dari VP Relation PHE Bahwa tumpahan minyak telah berhenti seiring dengan terkoneksinya sukur baru dengan sumur yang bocor. Tapi hal itu baru disampaikan secara lisan. Kami ingin ada keterangan resmi dari Pertamina," ujar Kepala DLHK, Wawan Setiawan, Rabu, 25 September 2019.

Menurut dia, DLHK Karawang butuh keterangan tersebut sebagai acuan pemulihan lingkungan hidup di pesisir Karawang. "Jika tumpahan minyak masih ada, upaya pemulihanan lingkungan belum bisa dilakukan," katanya.

Wawan menyebutkan, dirinya belum tahu persis apakah tumpahan minyak terhenti karena kebocoran sudah bisa diatasi atau kerena minyak di dalam sumur yang bocor sudah habis. Yang pasti, informasi tentang terhentinya kebocoran itu sangat mengembirakan masyarakat Karawang.

Warga, lanjut Wawan, diharapkan bisa menjalankan aktivitasnya secara normal seperti belum ada insiden tumpahan minyak. Mereka bisa melaut, membuat garam, atau membudidayakan ikan.

Dijelaskan juga, langkah pemulihan lingkungan akan dikoordinasikan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Semua beban biaya pemulihan bakal dibebankan kepada Pertamina.

"Kami sudah menghitung sedikitnya ada 232 ribu pohon mangrove dari 985 ribu mangrove yang terpapar tumpahan minyak. Kami berharap pohon yang trrpapar bisa doganto dengan pohon baru," katanya.

Menurut  Wawan, 985 ribu pohon mangrove ditanam sejak 2014 hingga 2019 dengan melibatkan 48 perusahaan di Kabupaten Karawang. Pohon tersebut harus kembali subur seperti sedia kala karena merupakan habitat sejumlah spesies laut, seperti kepiting, udang, juga ikan payau. Bahkan banyak jenis burung yang hidupnya bergantung pada hutan mengrove tersebut.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat