PIKIRAN RAKYAT - Serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di tatar galuh Ciamis memasuki fase tiga tahunan.
Sejak awal bulan hingga 22 Januari 2020, sedikitnya 101 warga terkena penyakit DBD, tiga diantaranya meninggal dunia.
“Saat ini serangan DBD memasuki fase tiga tahunan, ditandai dengan angka kesakitannya bertambah. Kondisi tersbeut didukung cuaca saat ini yang hujan, terang dan hujan menjadi salah satu pemicu tingginya serangan nyamuk aedes aegypti,” tutur Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2p) Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Bayu Yudiawan, Rabu 22 Januari 2020.
Baca Juga: Warga Bisa Gugat Pemerintah soal Jalan Berlubang, Dosen Ilmu Hukum Jelaskan Mekanismenya
Dia mengatakan, sebagian besar kasus DBD ditemukan di wilayah yang padat penduduk, seperti Kota Ciamis, dan Banjarsari. Dari sebanyak 101 penderita DBD, 37 kasus di antaranya terdapat di Kota Ciamis, sedangkan lainnya tersebar di 20 Puskesmas berbagai kecamatan.
“Daerah yang padat penduduk , angka kesakitanya lebih tinggi. Perlu diketahui juga sifat serta tendensi nyamuk aedes aegypti menggigit banyak orang, dengan jarak jelajah hingga 100 meter,” katanya.
Bayu mengatakan berdasar Jurnal Aedes, seekor nyamuk penebar DBD mampu menghasilkan 139 telur. Siklus dari larva, pupa hingga menjadi nyamuk dewasa hanya membutuhkan waktu sekira tujuh hari. Biasanya seteklah bertelur, nyamuk akan mati.
Baca Juga: Lembaga Keuangan Banyak Bermasalah, Menkeu Sri Mulyani Sebut Sistem Masih Terkendali
“Memang siklusnya pendek, akan tetapi cuacanya sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk. Cara efektif mengatasi kondisi itu dengan memutus siklus hidup nyamuk, melalui gerakan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN,” jelasnya.