kievskiy.org

Gara-gara Proyek KCIC dan Tol Cisumdawu Banjir di Rancaekek Kian Parah

Banjir di Kabupaten Bandung.*
Banjir di Kabupaten Bandung.* /HANDRI HANDRIANSYAH/PR

PIKIRAN RAKYAT - Sesuai prediksi, banjir di wilayah Rancaekek, Kabupaten Bandung kali ini terbilang lebih parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu tak lepas dari alih fungsi lahan resapan yang digunakan proyek besar seperti jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC).

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Fraksi Golkar DPRD Kabupaten Bandung Cecep Suhendar.

"Kurang lebih 100 hektare lahan di hilir yang tadinya sawah di Rancaekek, kini beralih fungsi menjadi gunungan tanah proyek KCIC dan ratusan hektare lahan resapan di hulu sekarang sudah menjadi lokasi proyek tol Cisumdawu," ujarnya saat dihubungi Minggu 26 Januari 2020.

Baca Juga: 7 Manfaat Minyak Wijen untuk Kulit, Salah Satunya Menghilangkan Jerawat

Cecep menambahkan, dampak dari kondisi tersebut saat ini sudah dirasakan oleh sejumlah kawasan langganan banjir di Rancaekek. Kali ini, genangan kali ini semakin parah dan membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa surut.

"Seperti kekhawatiran yang pernah saya katakan sebelumnya, banjir di Rancaekek tahun ini akan semakin parah. Ini sudah terbukti di beberapa desa langganan banjir, ketinggian dan debit air lebih tinggi dari biasanya," kata Cecep.

Yang terparah, kata Cecep, dialami oleh Desa Sukamanah yang notabene berada di kawasan muara empat sungai yaitu Cikijing, Cimande, Citarik dan Cikeruh. Di kawasan itu, urukan tanah setinggi tujuh meter di lokasi proyek KCIC dilansir menjadi salah satu pemicu genangan banjir yang lebih parah tahun ini.

Baca Juga: Masterplan Penanggulangan Banjir Jakarta Sudah Ada sejak 1973, Bamsoet: Tak Ada Eksekusi dari Kepala Daerah

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, banjir di Kecamatan Rancaekek sejak 23 Januari 2020 melanda setidaknya dua desa. Selain Sukamanah, desa lain yang terendam adalah Desa Sangiang.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Akhmad Djohara mengatakan, banjir Rancaekek merendam sedikitnya 454 rumah warga milik 498 kepala keluarga (1.691 jiwa). Ketinggian air bervariasi mulai dari 10 hingga 150 sentimeter, namun sejauh ini tidak membuat warga harus mengungsi.

Akhmad menambahkan, banjir juga kembali menggenangi wilayah langganan di Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot dan Bojongsoang yang sebelumnya sempat tertolong dengan difungsikannya Terowongan Curug Jompong. Jika sebelumnya banjir di kawasan ini sempat surut hanya dalam beberapa jam, kali ini genangan bertahan cukup lama dan memaksa ratusan warga untuk mengungsi.

Baca Juga: Tak Sempat Urus Diri Demi Rawat Ribuan Pasien Koronavirus, Tenaga Medis di Wuhan Terpaksa Pakai Popok Dewasa

Di Kecamatan Baleendah di mana 2.262 rumah, 9 sekolah dan 16 tempat ibadah di kelurahan Andir terendam dengan ketinggian 10-200 sentimeter. Dari total 2.262 kepala keluarga (7.367 jiwa) warga yang terdampak, sebanyal 59 kepala keluarga (202 jiwa) harus mengungsi.

Begitu pula di Kecamatan Bojongsoang di mana 1.130 rumah di Desa Bojongsoang, Bojongsari dan Tegalluar, terendam. Jumlah pengungsi di lokasi ini masih dalam pendataan, namun diperkirakan total warga yang terdampak mencapai 1.130 kepala keluarga (3.391 jiwa).

Sementara itu Di Dayeuhkolot, banjir setinggi 10-200 sentimeter merendam 1.799 rumah warga, 3 sekolah dan 7 tempat ibadah dengan 1.799 kepala keluraga (6.460 jiwa) di Desa Dayeuhkolot dan Citeureup terdampak. Dari jumlah yang terdampak, sekitar 61 kepala keluarga (185 jiwa) saat ini mengungsi.

Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Penumpang, AP II akan Bangun Terminal 4 Senilai Rp 14 Triliun

Salah seorang warga Desa Bojongasih, Kecamatan Dayeuhkolot Ujang Rusmana (30) mengatakan, banjir di wilayahnya hingga saat ini masih menggenang.

"Banjirnya sempat surut sedikit, kemudian naik lagi saat hujan besar," ujarnya.

Menurut Ujang, ketinggian air paling parah sempat mencapai dua meter dan hampir menenggelamkan sejumlah rumah warga. Oleh karena itu, sebagian besar warga yang menjadi korban di wilayah ini terpaksa mengungsi.

Baca Juga: IPB Mulai Kurangi Penggunaan Kertas dalam Kegiatan Kampus

Kondisi tersebut membuat Ujang dan warga lain mempertanyakan fungsi dan manfaat dari Terowongan Curug Jompong yang dilansir sudah rampung dan siap dioperasikan sepenuhnya.

Meski sempat membuat genangan surut lebih cepat saat banjir pertengahan Desember 2019 lalu, kali ini Terowongan Curug Jompong sepertinya tak berdampak signifikan untuk mengatasi banjir di Dayeuhkolot dan sekitarnya.

Padahal, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono beberapa lalu sempat melansir bahwa Terowongan Curug Jompong bisa menjadi solusi untuk mengatasi banjir Dayeuhkolot. Soalnya selama ini Curug Jompong memang menjadi hambatan bagi aliran Sungai Citarum karena konturnya yang berbatu sehingga menyebabkan arus balik (backwater) hingga ke wilayah Dayeuhkolot.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat