PIKIRAN RAKYAT - Banjir melanda sejumlah desa di Kecamatan Sukaresik dan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya akibat luapan Sungai Citanduy. Ironisnya, keberadaan tanggul tepi sungai yang dibangun pemerintah justru membuat banjir semakin sulit surut.
Luapan Citanduy terjadi pada Sabtu 22 Februari 2020 malam saat hujan mengguyur kawasan utara Tasikmalaya. Siti, 38 tahun, warga Kampung Mekarsari, Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik menuturkan, permukaan air Citanduy mulai naik sekira pukul 22.00 WIB saat itu.
Ketinggian air, lanjutnya, bahkan setara dengan jembatan kecil dekat kediamannya. Perlahan, luapan Citanduy makin naik hingga masuk ke rumah Siti. Di dalam rumah, air tersebut mencapai ketinggian sekitar 60 centimeter atau selutut orang dewasa. Ia pun mesti menyelamatkan barang berharganya dengan memindahkan ke tempat-tempat yang lebih tinggi.
Baca Juga: PRSI Fokuskan Persiapan Jelang Bergulirnya PON Papua dan Olimpiade Tokyo
Hingga Minggu 23 Februari 2020 siang, banjir masih menggenangi kediamannya kendati sedikit melorot.
"Sekarang tinggal dua centimeter, tetapi masih di atas mata kaki," ujarnya kepada "PR" di lokasi kejadian, Mingggu siang.
Nasib serupa dialami Diat Hadiat, 70 tahun, warga Kampung Arco, Desa Tanjungsari. Ketinggian banjir di tempat tingga Diat sempat mencapai dua meter. Televisi hingga perabotan rumah Diat ikut terendam ketika air semakin meninggi.
Ia menambahkan, banjir juga menggenangi kampung-kampung lain di desanya seperti Hegarsari, Cicalung, Bojongwaru. Kawasan Pesantren Suryalaya di Desa Tanjungkerta, Kecamatan Pagerageung pun turut tergenang luapan Citanduy. Banjir itu bahkan juga masuk ke beberapa wilayah di Kabupaten Ciamis.