PIKIRAN RAKYAT - Petani di dua desa, Biyawak dan Panyingkiran, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka mengeluhkan banjir yang merendam sawahnya tak juga surut hingga berhari-hari, padahal mereka harus memanen sawahnya yang kebanjiran karena kondisinya sudah siap panen, serta jika dibiarkan terendam kondisi padi akan semakin rusak.
Sawah yang terendam banjir hingga setinggi 50 cm-60 cm di antaranya berada di Blok Cibuaya dan Blok Jalan Cari.
Sejumlah petani yang mengkhawatirkan padinya semakin rusak akibat terendam banjir berupaya memanen padinya walaupun dengan tingkat kesulitan yang teramat sangat karena kondisi air masih sekitar 60 cm hampir setinggi batang padi.
Baca Juga: Imbas Pandemi Covid-19, Harga Jahe Merah Sentuh Angka Rp 110.000 per Kilogram
Jika dibiarkan tidak dipanen khawatir hujan terus turun dan kondisi banjir kembali tinggi serta padi semakin rusak.
Awin, Udin, Ento dan Asro misalnya, untuk memanen padinya mereka harus melintasi areal sawah milik orang lain yang sudah di panen yang juga terkena banjir. Cara penen ditengah rendaman banjir, mereka menyabit gagang padi kemudian meletakannya di perahu buatan dengan alas terpal atau plastik. Setelah padi hasil panen menumpuk di perahu terpal, mereka seret ke tepi jalan untuk memudahkan mengangkut.
Setelah itu mereka kembali ke tengah sawah untuk memanen dengan cara yang sama, demikian selanjutnya dilakukan berulang kali hingga senja berakhir. Dan keesokan harinya kembali melakukan panen dengan kondisi serupa.
Baca Juga: Hamil di Tengah Pandemi COVID-19, Mona Ratuliu Ungkap Kesulitannya Persiapkan Persalinan
Akibat areal sawah yang terkena banjir hingga setinggi pinggang menurut Udin sulit memperoleh pekerja untuk memanen, buruh panen semua menolak karena sulitnya menyabit batang padi akibat terendam dan sebagian besar rebah, hal ini juga akan merusak tangan.