PIKIRAN RAKYAT - Kenaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi membuat penghidupan para juru kemudi atau ojeg perahu bargas di Waduk PLTA Cirata, Kabupaten Bandung Barat semakin sulit dan terjepit.
Hal tersebut dialami Agus Hermawan, ojek perahu bargas asal Kampung Cipicung, Desa Margalaksana, Kecamatan Cipeundeuy, KBB. Awalnya, harga 1,5 liter bensin eceran jenis pertalite yang digunakan untuk mesin perahu bargasnya hanya Rp 18 ribu.
Kini, harga tersebut melonjak menjadi Rp 20 ribu. Agus yang biasa mengemudikan perahunya untuk mengangkut ikan-ikan pesanan tengkulak dari keramba jaring apung terkena imbas.
Baca Juga: Airlangga Tegas Pemerintah Serius Siapkan Talenta Digital: Tiap Tahun Buruh 600.000
"Biasa (modal/biaya BBM) sehari Rp 35 ribu, sekarang Rp 50 ribu," kata Agus saat ditemui "PR" di Cipicung, Senin, 5 September 2021.
Kenaikkan harga BBM, tuturnya, juga beriringan dengan kondisi harga ikan yang tengah jatuh atau murah. Kala mendapat order dari tengkulak pun, Agus terkadang dibayar setengahnya dulu.
Tak ayal, ia mesti merogoh kocek pribadi lebih dalam untuk modal operasional perahu bargasnya lantaran pemasukan dan pengeluaran semakin jomplang. Pengeluaran Agus berupa belanja bensin justru harganya naik, sedangkan pemasukan dari tengkulak malah dibayar tak penuh dengan kondisi harga ikan yang tengah jatuh.
Baca Juga: Buntut Kenaikan BBM, Tarif Angkutan Umum di Jakarta akan Menyesuaikan
"Ini mah tidak sesuai (antara) pengeluaran dan pendapatan," ucapnya.
Menurutnya, keputusan pemerintah Joko Widodo menaikkan harga BBM mencekik ojek perahu bargas Cirata. Ia menilai, usaha para pengemudi perahu tersebut bisa bangkrut karena kebijakan tersebut.