kievskiy.org

Hingga September 2022, Jumlah Penderita TBC di Jawa Barat Mencapai 127 Ribu Orang

Ilustrasi TBC
Ilustrasi TBC geralt/ pixabay

PIKIRAN RAKYAT - Jumlah estimasi sasaran penderita tuberkulosis (TBC) di Jawa Barat hingga September 2022 kemarin mencapai 127 ribu jiwa.

Dari jumlah tersebut, pemerintah provinsi Jawa Barat dan kota kabupaten telah mendeteksi dan mengobati 88.000 jiwa penderita TBC.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jabar dr Ryan Bayusantika Risnandi mengatakan, jumlah penderita yang terdeteksi dan diobati saat ini sudah sesuai dengan target bulanan hingga September.

Pihaknya pun selanjutnya harus menyasar sisa estimasi para penderita TBC di Jabar untuk mendapatkan pengobatan.

Baca Juga: Tahu Aturan FIFA Soal Gas Air Mata, Polisi yang Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan Hanya Diam Saja

Menurut Ryan, terdapat strategi-strategi agar estimasi sasaran pasien terdeteksi dapat tercapai. Strategi yang sudah dilakukan di Jawa Barat melalui dua cara yaitu penemuan pasien TB secara pasif-intensif.

"Kegiatan penemuan yang dilaksanakan di dalam fasilitas kesehatan dengan memperkuat jejaring layanan TB melalui kegiatan Public-Private Mix (PPM) di tingkat Kab/ Kota dan memperkuat kolaborasi layanan antara layanan TB dengan layanan kesehatan lain yang diselenggarakan di fasyankes," katanya, Kamis 6 Oktober 2022.

Yang kedua, penemuan pasien TB secara aktif dan/atau masif berbasis keluarga dan masyarakat melalui investigasi kontak, penemuan di tempat khusus, penemuan aktif yang dilakukan di tempat khusus yaitu pada lingkungan yang mudah terjadi penularan TB yaitu Lapas/Rutan, RS Jiwa, tempat kerja, asrama, pondok pesantren, sekolah, panti jompo,panti sosial, tempat kerja dan tambang.

Selanjutnya, penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat, penemuan aktif berkala, melalui skrining masal yang dilaksanakan sekali setahun untuk meningkatkan penemuan pasien TB di wilayah yang penemuan kasusnya masih sangat rendah.


"Puskesmas bekerja sama dengan aparat desa/ kelurahan, kader kesehatan dan potensi masyarakat melakukan skrining gejala TB secara masif di masyarakat dan membawanya ke layanan kesehatan luar gedung. Kegiatan ini juga lebih efektif apabila dipadukan dengan kegiatan penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat,"ucapnya.

Baca Juga: Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Dua Polisi Jadi 'Dalang' Penembakan Gas Air Mata

Ke depan, kata Ryan, tindakan spesifik untuk mencegah TBC di Jawa Barat yaitu melalui Gerakan Temukan TB Obati Sampai Sembuh (TOSS TB) agar penemuan dan pengobatan TB semakin intensif, proaktif dan massal.

Kemudian, penanggulangan TB dengan pendekatan keluarga (kunjungan rumah berkala oleh petugas Puskesmas ) agar cakupan penemuan dan pengobatan TB meningkat dan meluas.

"Kami juga memotivasi Pemda Kabupaten/ Kota agar mengalokasikan dana cukup untuk penanganan TB, perluasan layanan TB di fasyankes Pemerintah & Swasta (Public-Private Mix), memperluas kemitraan dalam Penanggulangan TB agar cakupan penemuan & pengobatan TB meningkat, dan peningkatan sistem laboratorium & kemampuan diagnosis dengan perluasan TCM," tuturnya.

Ryan menambahkan, terkait TBC ini memang ditargetkan eliminasi pada tahun 2030. Hal itu perlu diupayakan dengan melibatkan lintas sektor, melalui strategi pentahelix dengan melibatkan akademisi, Bisnis, Community, Government dan Media bertujuan untuk mendorong respon terhadap penanggulangan TBC, sehingga upaya kerja keras semua pihak dalam memerangi persoalan penyakit TBC menjadi lebih mudah.

"Masalah TBC ini bukan hanya masalah Kesehatan tetapi seluruh, lintas sector harus ikut terlibat dalam usaha mencapai eliminasi Tuberkulosis. Inovasi dengan berfokus kepada pembangunan sumber daya manusia harus dilakukan secara komprehensif dalam upaya penanggulangan penyakit TBC sehingga 10 tahun ke depan Jawa Barat dapat mendorong angka TBC di Indonesia menurun sesuai yang ditargetkan menuju 2045 sebagai tahun emas untuk Indonesia,"ucapnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat