kievskiy.org

Terancam Bangkrut Bersaing dengan Bulog, Pengusaha Beras Minta Pemerintah Bebaskan Desa Terkait BPNT

PANEN di Desa Balida, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka tengah memanen padi dengan menggunakan mesin pemotong, yang langsung keluar gabah beberapa waktu lalu.*
PANEN di Desa Balida, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka tengah memanen padi dengan menggunakan mesin pemotong, yang langsung keluar gabah beberapa waktu lalu.* /Pikiran-rakyat.com/Tati Purnawati

PIKIRAN RAKYAT – Sulitnya menjual gabah tak hanya dileluhkan para petani di Majalengka, Jawa Barat, belakangan ini.

Namun keluhan yang sama juga terjadi pada pengusaha penggilingan beras yang mengaku sulit menjual ke pasaran, karena harus bersaing dengan Bulog, yang lebih memiliki kekuasaan dan kekuatan untuk pengadaan BPNT dan bansos.

Harga gabah di tingkat petani sejak panen rendeng lalu di bulan Maret 2020 hingga saat ini masih tetap Rp 450.000 per kuintal.

Baca Juga: Wakili Kabupaten Bandung, Desa Tenjolaya Diharapkan Melaju ke Tingkat Nasional

Sekarang saat mendekati musim panen lagi harga masih tidak pernah beranjak naik.

Malah gabah petani cenderung sult dijual, para tengkulak menolak membeli dengan alasat tidak ada uang atau pasar sepi. Akhirnya petanipun pasrah dengan keadaan.

Geus lila ge harga mah angger ukur Rp 450.000 sa kintal, eta teh ti bulan Maret, (sudah lama harganya stabil Rp 450.000 per kuintal),” kata Dinta petani di Keluraha Tarikolot.

Baca Juga: Mendapat Perlawanan, Polres Lumajang Terpaksa Lumpuhkan Pelaku Begal dengan Timah Panas

Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia Kabupaten Majalengka (Perppadi) Dedi Koswara, berharap, pemerintah bisa membebaskan setiap desa untuk melaksanakan pengadaan beras bagi BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai) ataupun Bantuan Sosial.

Agar pengusaha penggilingan atau pedagang beras bisa terus berjalan tidak bangkrut. Tengkulak yang bisa membeli gabah petanipun bisa tetap berjalan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat