kievskiy.org

Petani di Majalengka Lebih Pilih Jual Gabah ke Tengkulak daripada Bulog

Para petani di Desa Panyingkiran, Majalengka, mengaku lebih memilih berhubungan dengan tengkulak dibandingkan Bulog.
Para petani di Desa Panyingkiran, Majalengka, mengaku lebih memilih berhubungan dengan tengkulak dibandingkan Bulog. /Pikiran Rakyat/Tati Purnawati

PIKIRAN RAKYAT - Hampir semua petani di Desa Panyingkiran, Kabupaten Majalengka, mengaku tidak mengetahui siapa mitra Bulog yang biasa membeli gabah. Mereka hanya mengetahui tengkulak yang biasa keliling membeli gabah atau memberikan pinjaman modal tatkala musim tanam untuk pembelian pupuk atau biaya panen.

Para petani menyebutkan, penjualan gabah kepada bandar didasari faktor kedekatan kepada mereka, baik dari sisi jarak maupun emosional. Ketika tidak memiliki modal, petani bisa langsung meminjam uang dengan besaran yang disesuaikan kesepakatan atau senilai pupuk yang dibutuhkan.

“Para petani telah memiliki pelanggan sendiri-sendiri, karena bandar yang meminjamkan uang lumayan banyak," sebut Aep, salah seorang petani di Desa Panyingkiran.

Menurutnya, pinjaman modal tersebut bisa dibayar dengan gabah ketika panen, baik gabah basah maupun kering. Nilainya bergantung harga gabah di pasaran. Tak heran, menurutnya, ketika musim paceklik, banyak petani yang tidak memiliki gabah karena gabah yang diperoleh habis digunakan untuk membayar utang dan sebagainya.

Baca Juga: Bulog Upayakan Harga Beras di Cianjur Stabil di Tengah Paceklik

Petani yang sawahnya tidak luas dan tidak memiliki pekerjaan lain, maka tidak memiliki cadangan gabah ketika musim paceklik. Hal itu disebabkan karena semua keperluan diambil dari hasil panen. Misalnya untuk pergi ke undangan, anak sekolah, biaya hidup, dan sebagainya.

Hal senada disampaikan Cahya yang juga menjual gabah kepada bandar yang biasa keliling ke rumahnya. Dia tidak mengetahui kapan rekanan Bulog datang keliling ke kampungnya mencari gabah.

“Bulog mah jarang datang, yang keliling mah bandar,” tuturnya. 

Dede, bandar gabah dan jagung di Kecamatan Maja, mengatakan, dia biasa memberikan modal kepada para petani yang membutuhkan biaya untuk bibit saat tanam, pupuk ketika waktu pemupukan hingga biaya garap dan perstisida. Para petani datang ke rumahnya tidak melalui perantara.

Baca Juga: Luhut Pandjaitan Soal Indikasi Penimbunan Minyakita: Kalau Ada yang Main-main, Kita Tutup

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat