kievskiy.org

Cerita Pekerja Migran Indonesia Asal Majalengka: Diberi Makanan Bekas Anjing oleh Majikan, Gaji Tak Dibayar

Nani Suwartiyani, pekerja migran Indonesia yang pernah bekerja di Sudan.
Nani Suwartiyani, pekerja migran Indonesia yang pernah bekerja di Sudan. /Pikiran Rakyat/Tati Purnawati

PIKIRAN RAKYAT - Nani Suwartiyani (51), warga Majalengka Wetan, Kabupaten Majalengka yang sudah 15 tahun menjadi pekerja migran di Arab Saudi dan Sudan, akhirnya pulang ke Indonesia setelah Perang Saudara pecah di Sudan. Nani pulang dalam kondisi sakit pada Sabtu, 29 April 2023. Dia sakit setelah bus yang membawanya bersama 44 orang lain ke Konsulat RI, tergelincir ke jurang.

Meski sulit berjalan, Nani bersyukur karena luka yang dialaminya tidak separah teman-temannya yang lain.

“Pinggang serta telinga saya sakit akibat terbentur karena bus masuk jurang, sekarang sulit berjalan. Mengangkat badan untuk berdiri saja kesakitan,” katanya saat ditemui di rumahnya pada Senin, 1 Mei 2023.

Nani pulang ke Indonesia tanpa membawa apa pun selain pakaian dan dokumen keimigrasian yang terus dipegangnya di tas selendang, sedangkan uang dan barang berharga lainnya hancur.

Sebelumnya, selama berbulan-bulan di Sudan, dia bersama warga Indonesia lain serta tenaga kerja asal Filipina dan Bangladesh mengungsi ke pedalaman di Soba dan Mayo, berjarak sekira 20 km dari kota tempatnya bekerja karena konflik yang berlarut-larut. 

Baca Juga: Pekerja Migran Indonesia Disiksa Majikan di Malaysia: Punggung Disetrika dan Disiram Air Panas

“Saya bersyukur kondisi badan lebih baik dibanding teman-teman asal Indramayu misalnya, atau asal Sulawesi yang kondisinya lebih memprihatinkan. Dokumen pribadi juga terselamatkan karena terus dipegang, sedangkan teman saya dari Bayureja, Kecamatan Sukahaji, Majalengka, dokumennya hilang saat mobil terjun ke jurang,” tuturnya.

Nani menjadi pekerja migran di Sudan setelah dibuang oleh majikannya di Arab Saudi. Di Sudan, dia bekerja sebagai juru masak di sejumlah rumah secara paruh waktu. Dia juga sempat mejalani pekerjaan serupa di sebuah industri susu.

“Situasi tidak aman, dentuman peluru dan meriam terus terjadi akibat konflik. Sebelumnya, demo memang biasa terjadi setiap hari Rabu seolah sudah terjadwal, namun awal-awal hanya semburan gas air mata untuk membubarkan aksi, Lama kelamaan aksi menjadi pecah perang bersaudara, hingga negara tidak aman. Padahal ketika datang ke sana 10 tahun lalu negara aman dan ramah,” sebut Nani.

Baca Juga: Komitmen Politik DPR Sahkan RUU PPRT Kembali Ditagih, Tak Perlu Debat

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat