kievskiy.org

Sungai Cibuaya Bikin Rugi Petani di Majalengka, PUPR Harus Segera Turun Tangan

Ilustrasi banjir.
Ilustrasi banjir. /Pixabay/Hans

PIKIRAN RAKYAT - Penanganan Sungai Cibuaya yang kerap menimbulkan banjir pada musim penghujan hingga menggenangi ratusan hektare sawah di Kecamatan Jatitujuh dan sebagian Indramayu, serta penyebab kekeringan saat kemarau hingga mengakibatkan gagal panen, harus ditangani Kementerian PUPR.

Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Jatitujuh, Wahyudin, banjir yang melanda kawasan pertanian akibat luapan Sungai Cibuaya ini sudah berlangsung selama empat tahunan.

Akibat luapan sungai yang membentang dari wilayah Kertajati-Jatitujih-Bodas, para petani di sepanjang aliran sungai kerap kali mengalami gagal panen. Kala padi baru ditanam sering habis tersapu banjir dan petani terpaksa harus melakukan tanam ulang.

Saat padi mulai tumbuh dan berakar, tanaman tergenang cukup lama, bahkan sebagian membusuk. Jika banjir saat musim panen maka padi rontok akibat terkena lumpur yang terbawa banjir atau padi sulit dipanen karena tertutup banjir.

Wahyudin menyebutkan, selain terjadi pendangkalan sungai, Bendungan Jatiraga yang berada di Desa Jatiraga dinilai kurang besar sehingga tidak bisa menampung banyak air sehingga air banyak yang masuk ke Cibuaya.

Selain itu, jembatan antara Desa Sumber Kulon dan Sumber Wetan yang berada di atas Sungai Cibuaya juga terlalu kecil sehingga mempersempit laju air Sungai Cibuaya ke arah Desa Bodas, Kabupaten Indramayu.

“Saya pikir penanganan tidak hanya bisa dilakukan di wilayah Kabupaten Majalengka namun harus tuntas nyambung ke Indramayu, Jika di Majalengka dituntaskan maka tidak menutup kemungkinan banjir akan melanda Indramayu. Cai bakal ngaplak di Bodas (air akan meluap di Bodas),” ujar Wahyudin.

Kepala Desa Jatiraga, Kecamatan Jatitujuh Carsidik mengaku sudah bosan membicarakan persoalan banjir yang kerap melanda wilayahnya. Hingga akhirnya para petani dan aparat desa apatis karena usulan perbaikan dilakukan setiap tahun bahkan bisa dua kali dalam setahun namun tidak pernah membuahkan hasil.

“Proposal terus diusulkan ke Pemda, BBWS tapi tidak pernah ada hasil. Survei oleh BBWS, Pemprov Jawa Barat dan yang lainnya juga berulang kali dilakukan tapi tidak ada penanganan. Petani tetap menanggung kerugian akibat luapan air,” katanya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka Iman Firmansyah menyebutkan, keberadaan Sungai Cibuaya ini mengakibatkan rugi bagi para petani. Ketika musim penghujan air meluap menggenangi sawah, sebaliknya saat kemarau air kering kerontang tidak bisa memberikan suplai air ke sawah petani.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat