kievskiy.org

Harga Telur di Majalengka Rp31.000 per Kg, Pedagang Menjerit

Harga telur ayam di pasar tradisional di Majalengka terus alami kenaikan, sejak Minggu, 25 Februari 2024 harga telah mencapai Rp31.000 per kg atau naik sebesar Rp2.000 per kg dibanding sebelumnya.
Harga telur ayam di pasar tradisional di Majalengka terus alami kenaikan, sejak Minggu, 25 Februari 2024 harga telah mencapai Rp31.000 per kg atau naik sebesar Rp2.000 per kg dibanding sebelumnya. /Pikiran Rakyat/Tati Purnawati

PIKIRAN RAKYAT - Harga telur ayam di pasar tradisional di Majalengka terus alami kenaikan sejak Minggu, 25 Februari 2024. Harganya telah mencapai Rp31.000 per kg atau naik sebesar Rp2.000 per kg dibanding sebelumnya.

Kenaikan harga menurut salah seorang peternak dipicu oleh kenaikan harga pakan yang terus mengalami kenaikan sejak sebulan bulan terakhir, selain itu harga jagung sebagai bahan baku pakan di tingkat petani juga mengalami kenaikan.

Harga pakan mulai dari Rp8.000 per kg naik menjadi Rp11.000 per kg, ada juga yang mencapai seharga Rp12.000 per kg.

“Bagaimana mungkin harga telur bisa murah sedangkan harga pakan sudah sangat tinggi, harga jual di tingkat peternak ini hanya bisa menutupi harga pakan dan pekerja, karena idealnya jika peternak ingin untung minimal harga jual bisa mencapai Rp30.000 di tingkat peternak,” ungkap Eman Sulaeman salah seorang peternak asal Kadipaten.

Mahalnya harga jual karena konsentrat juga mahal, upah kerja juga demikian terus naik mengikuti kenaikan upah pekerja lain.

Harga jagung pipilan kering dan beras jagung juga menurut Eman sudah lumayan mahal walaupun belakangan harga sudah mulai turun. Harga jagung giling saat ini, menurut Eman, mencapai Rp7.500 per kg. Nominal ini turun sebesar Rp1.000 dibanding akhir tahun lalu karena sebelumnya mencapai Rp8.500 per kg.

Sementara itu, harga jagung di tingkat petani saat ini mencapai Rp5.700 per kg. Sedangkan, di tingkat pengepul seharga Rp6.000 per kg, bahkan akhir tahun lalu harga jagung di tingkat petani mencapai Rp7.500 per kg.

Menurut Yana, salah seorang pengepul asal Desa Nunuk, Kecamatan Maja, tingginya harga jagung di tingkat petani karena saat ini belum banyak petani yang panen. Baru sebagian saja yang panen dari lahan bekas tanaman cabe dan bawang merah, jumlahnya sangat terbatas.

“Perkiraan panen jagung baru pertengahan bulan Maret mendatang, itu pun belum bisa dijual karena harus proses pengeringan. Mending kalau cuaca panas jagung bisa lebih cepat kering, sebaliknya jika curah hujan masih tetap tinggi pengeringan agung bisa lama,” ujar Yana.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat