kievskiy.org

Reklame Calon Bupati Purwakarta Makin Marak Ganggu Ruang Publik, KPU Lepas Tangan

Pengendara sepeda motor melewati reklame bakal calon bupati di pinggir Jalan Baru Kecamatan Purwakarta beberapa waktu lalu. Jumlah reklame itu semakin marak meskipun pendaftaran peserta Pilkada 2024 di Purwakarta baru dibuka akhir Agustus nanti.
Pengendara sepeda motor melewati reklame bakal calon bupati di pinggir Jalan Baru Kecamatan Purwakarta beberapa waktu lalu. Jumlah reklame itu semakin marak meskipun pendaftaran peserta Pilkada 2024 di Purwakarta baru dibuka akhir Agustus nanti. /Pikiran Rakyat/Hilmi Abdul Halim

PIKIRAN RAKYAT - Reklame bakal calon bupati sudah banyak terpasang di berbagai sudut wilayah Purwakarta. Padahal, pendaftaran peserta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 baru dibuka pada 27-29 Agustus 2024 mendatang.

Fenomena itu mulai dikeluhkan masyarakat karena mengganggu pemandangan di ruang publik.

“Bosen lihatnya di mana-mana ada spanduk dan baliho (Bakal) Calon Bupati,” kata seorang warga Kelurahan Nagrikaler Kecamatan Purwakarta, Ayi.

Menurut pemantauan Pikiran-Rakyat.com Hilmi Abdul Halim, reklame tersebut semakin marak dipasang di pinggir jalan raya wilayah perkotaan hingga perumahan penduduk di perkampungan. Medianya pun beragam dari mulai gambar tempel, poster, spanduk, baliho, hingga papan reklame berukuran besar.

Ayi menilai reklame tersebut mengganggu pemandangan di ruang publik karena dipasang secara tidak beraturan di pinggir jalan. Tak hanya itu, banyak pula reklame yang dipasang secara serampangan.

Misalnya, poster yang dipasang menggunakan paku di pepohonan dan baliho besar yang menggunakan bambu untuk menopangnya.

“Kalau balihonya rubuh bisa membahayakan pengguna jalan karena dipasangnya memang tepat di pinggir jalan,” ujarnya.

Selain itu, ada pula reklame berupa gambar tempel di bagian belakang armada angkutan kota hingga tembok rumah warga. Reklame itu rata-rata menampilkan gambar atau foto bakal calon bupati beserta jargon yang diusung dan diklaim akan memajukan daerahnya.

Sosialisasi para bakal calon bupati lebih banyak dilakukan secara konvensional dibandingkan melalui media digital di dunia maya. Hal itu dinilai menunjukkan kurangnya kreativitas dan inovasi yang ditawarkan pihak-pihak terkait.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat