PIKIRAN RAKYAT - Meningkatnya frekuensi kecelakaan perairan di Waduk Djuanda (Jatiluhur) dan Cirata, mendorong Satuan Polisi Perairan dan Udara (Satpolairud) Polres Purwakarta untuk meningkatkan patroli di wilayah tersebut.
Menurut Edwar, tingginya risiko kecelakaan dipicu oleh banyaknya warga yang menggunakan moda transportasi air di wilayah tersebut. "Perahu di Waduk Jatiluhur dan Cirata masih menjadi alat transportasi utama masyarakat untuk keperluan sehari-hari, terutama bagi mereka yang beraktivitas di Keramba Jaring Apung (KJA)," ujarnya.
Upaya pencegahan kecelakaan dilakukan melalui patroli dan sosialisasi keselamatan. Patroli dilakukan di seluruh wilayah Waduk Djuanda dan sebagian Waduk Cirata.
"Petugas patroli akan mengingatkan pengemudi dan penumpang perahu, serta pengguna transportasi air lainnya untuk memperhatikan faktor keamanan, terutama penggunaan pelampung selama dalam perjalanan," kata Kasatpolairud Polres Purwakarta, AKP Darmaji.
Selain itu, petugas juga melakukan pengecekan kelayakan kapal, termasuk alat keselamatan seperti jaket pelampung, ban pelampung, Surat Sungai dan Danau (SKK), dan Surat Asuransi Jasa Raharja.
Darmaji juga mengingatkan para pengguna perairan untuk selalu memperhatikan cuaca dan tidak mencari ikan dengan cara menyetrum karena melanggar hukum.
Dua orang hilang di Waduk Jatiluhur
Peningkatan patroli dilakukan menyusul dua peristiwa orang hilang di Waduk Djuanda atau Jatiluhur pada Minggu, 9 Juni 2024. Korban pertama adalah Herman Suparman (65) dari Kabupaten Bandung Barat yang sedang memancing bersama saudara dan temannya sejak pukul 4.00 pagi.
Saksi mata tidak mengetahui pasti kejadiannya, tetapi mereka melihat korban sudah berada di dalam air dan berusaha menolongnya. Namun, tubuh korban sudah tidak ada di permukaan air saat mereka tiba.
Beberapa jam kemudian, Rizky Multazam (4) juga dilaporkan hilang di Waduk Jatiluhur wilayah Desa Kutamanah Kecamatan Sukasari. Bocah ini diduga tenggelam saat bermain di sekitar kolam jaring apung.