kievskiy.org

Alternative Voices in Muslim Southeast Asia, Menghadirkan Kembali Suara Progresif Islam ke Tengah

DISKUSI dan bedah buku bertajuk Alternative Voices for Muslim in Southeast Asia, berlangsung di LIPI, Jakarta, Jumat, 6 Maret 2020.*
DISKUSI dan bedah buku bertajuk Alternative Voices for Muslim in Southeast Asia, berlangsung di LIPI, Jakarta, Jumat, 6 Maret 2020.* /ISTIMEWA

PIKIRAN RAKYAT – Perbedaan pendapat tentang cara mengamalkan agama kerap jadi pemandangan lazim saat ini.

Gaungnya semakin keras ketika menilik sosial media. Di Youtube dan Facebook misalnya.

Khilafiyah jadi konten yang diminati dengan tanggapan komentar yang (lagi-lagi) jadi arena debat menarik. Belum lagi pandangan pemuka agama satu yang dibenturkan dengan pemuka agama lainnya plus judul konten yang click bait.

Baca Juga: Wander Luiz Tak Menyangka Bakal Kendarai Rantis saat Jumpa Arema FC

Fenomena ini jelas kemunduran. Karena kalau diurai, hal serupa pernah terjadi bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka.

Sejak 1935 saja, dalam Kongres Nahdlatul Ulama di Banjarmasin, KH Hasyim Asy'ari sudah berupaya meredam perdebatan sengit yang sebelumnya kerap muncul.

Lewat surat edarannya, pendiri NU itu mengundang partisipasi seluruh ulama untuk meninggalkan sikap fanatik dan saling mencela kelompok lain. 

Baca Juga: Memakai Masker vs Tidak, Simak Mana yang Lebih Baik Menurut Ahli Kesehatan

Namun nyatanya, perdebatan ini masih diminati hingga hari ini. Padahal, alih-alih memajukan Islam, titik berat pada isu ini malah menimbulkan regresi yang melahirkan masalah baru seperti konservatisme hingga --lebih jauh lagi-- ekstremisme.

Diskusi dan bedah buku bertajuk "Alternative Voices for Muslim in Southeast Asia" pun mencoba membawa ide Progresif Islam sebagai penawar.

Menghadirkan tiga pembicara yakni Dr. Azhar Ibrahim dari Departmen Malay Studies, National University of Singapore, Dr. Norshahril Saat dari ISEAS-Yusuf Ishak Institute, Singapura, dan Dr. Najib Burhani dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, diskusi ini memang membawa wacana perlunya ide Progresif Islam masuk ke tengah.

Baca Juga: Warga Harus Aktif Menjaga Sarana dan Prasarana Kawasan Wisata, Marwan : Tidak Sedikit Biaya Pembangunannya

Upayanya pun mesti dibangun bersama karena fenomena regresi ini sesungguhnya tak hanya terjadi di Indonesia tetapi lebih jauh lagi Asia Tenggara terutama Malaysia dan Singapura.

"Jadi melalui buku ini, kami hendak mengedepankan wacana progresif yang tidak diketahui banyak orang.  Islam yang mau melawan ketidakadilan, melawan chauvinisme, misoginisme, yang tidak hadir atau belum hadir dengan kuat dalam pendidikan," kata Dr. Azhar dalam diskusi yang digelar di LIPI, Jakarta, Jumat, 6 Maret 2020.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat