kievskiy.org

Hukum Merayakan Isra Miraj, Peristiwa Luar Biasa dalam Islam

Ilustrasi umat Islam.
Ilustrasi umat Islam. /Pexels/Rayn L

PIKIRAN RAKYAT - Isra Miraj merupakan dua peristiwa luar biasa dalam Islam, di mana Allah SWT memperjalankan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil haram Makkah menuju Masjidil Aqsha Paletina. Kemudian Rasulullah SAW pergi melintasi lapisan-lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau pengetahuan malaikat, manusia, maupun jin, dengan mengendarai Buraq.

Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an, tepatnya QS Al-Isra' ayat 1 yang berbunyi:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Artinya, “Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat".

Hukum Merayakan Isra Miraj

Peristiwa bersejarah ini lumrah dirayakan oleh umat Islam, khususnya di Indonesia dengan beragam kegiatan dan motif yang berbeda-beda. Beberapa di antaranya adalah pengajian umum, zikir, shalawat, doa, kumpul-kumpul, makan-makan, dan lainnya.

Lantas, bagaimana sebenarnya hukum perayaan tersebut? Dirangkum Pikiran-Rakyat.com dari NU Online, berikut penjelasannya.

Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Makki al-Hasani membahas satu bab khusus perihal hukum merayakan hari-hari besar dalam Islam, seperti maulid nabi, Isra Miraj, malam Nisfu Syaban, hijrahnya nabi, dan lainnya.

جَرَتْ العَادَةُ أَنْ نَجْتَمِعَ لِاِحْيَاءِ جُمْلَةٍ مِنَ الْمُنَاسَبَاتِ التَّارِيْخِيَّةِ كَالْمَوْلِدِ وَذِكْرَى الْاِسْرَاءِ وَالْمِعْرَاجِ، وَفِي اعْتِبَارِنَا أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ عَادِيٌ لَا صِلَةَ لَهُ بِالتَّشْرِيْعِ الْحُكْمِي، فَلَا يُوْصَفُ بِأَنَّهُ مَشْرُوْعٌ أَوْسُنَّةٌ، كَمَا أَنَّهُ لَيْسَ مُعَارِضًا لِأَصْلٍ مِنْ أُصُوْلِ الدِّيْنِ

Artinya, “Telah berlaku suatu tradisi, yaitu berkumpul untuk mengenang beberapa peristiwa bersejarah, seperti maulid, memperingati isra miraj. Dalam anggapan kami, semua ini adalah murni tradisi yang tidak memiliki hubungan dengan hukum syariat, sehingga tidak bisa dianggap anjuran atau sunnah, sebagaimana ia tidak bertentangan dengan pokok dan beberapa pokok agama Islam.” (Sayyid Muhammad, al-Anwaru al-Bahiyyah min Isra wa Mikraji Khairil Bariyyah, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], halaman 83).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat