SEKELOMPOK ibu rumah tangga nampak tengah berkumpul di teras sebuah rumah milik seorang kepala desa. Sambil bercengkrama tangan mereka dengan cekatan memilin beberapa utas tali yang berasal dari tanaman eceng gondok. Sementara ibu lainnya nampak menjahit tali eceng gondok menjadi beragam bentuk kerajinan tangan yang indah dipandang mata. Pemandangan ini dapat ditemui sehari-hari di Kelurahan Tiga Raja Kecamatan Parapat Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Sudah beberapa tahun terakhir, kelurahan yang dikenal luas sebagai tujuan wisata Danau Toba ini dikenal sebagai penghasil kerajinan khas dengan bahan baku utama tanaman eceng gondok yang dikenal sebagai gulma air dan sangat merepotkan para nelayan karena pertumbuhannya yang luar biasa cepat.
Bertahun-tahun sebelumnya tanaman eceng gondok seolah menjadi musuh masyarakat karena menutupi kawasan wisata Danau Toba yang ada di Kelurahan Tiga Raja. Tanaman gulma ini berkembang-biak dengan pesat secara vegetatif dalam waktu 2-4 hari. Eceng gondok menimbulkan masalah lingkungan karena menutupi permukaan Danau Toba secara masif sehingga menimbulkan kesulitan bagi nelayan pencari ikan di Danau Toba. Selain itu keberadaan eceng gondok juga menyebabkan pendangkalan karena banyaknya eceng gondok mati di dasar danau.
Atas inisiatif Bapak Manik seorang pegiat lingkungan, sejak tiga tahun terakhir eceng gondok diolah menjadi barang kerajinan yang berguna. Eceng gondok yang tadinya limbah tak berguna kini justru diburu para pengrajin yang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga untuk diolah menjadi kerajinan yang memiliki nilai tambah, dan mampu meningkatkan taraf perekonomian mereka. Kini selain sebagai bahan baku kerajinan, eceng gondok di Danau Toba juga mulai digunakan sebagai bahan baku pembuat kertas.
Inisiatif yang dilakukan warga kecamatan Parapat setidaknya mampu mengatasi dua hal yaitu permasalahan lingkungan karena gulma air dan permasalahan ekonomi rumah tangga melalui pembuatan kerajinan yang memiliki nilai tambah dan mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Inisiatif tersebut merupakan salah satu contoh good practice (praktek baik) dalam mengatasi permasalahan lingkungan dan juga permasalahan ekonomi masyarakat.
Sementara itu dalam dinamika kehidupan sehari-hari saat ini yang cenderung serba praktis dan berbasis teknologi informasi ternyata tidak bisa melepaskan manusia dari ketergantungan terhadap lingkungan. Saat ini ragam masalah muncul sebagai dampak dari tatanan nilai kehidupan manusia yang serampangan dalam mengelola lingkungan hidup.
Pohon-pohon ditebang menyebabkan hutan menjadi gundul sehingga tidak dapat menahan dan meresap aliran air saat hujan yang akhirnya menyebabkan longsor. Lahan yang seharusnya diperuntukan menjadi lahan hijau sekarang dijadikan “lahan beton”, sungai-sungai yang seharusnya menjadi tempat hidup fauna dan flora sekarang menjadi tempat “transitnya” sampah rumah tangga yang akhirnya menyebabkan bencana banjir, dan persoalan lingkungan sebagainya.
Sufia, dkk (2016) mengatakan di era modern saat ini, ekploitasi alam dilakukan manusia secara masif dengan mengabaikan dampak lingkungan sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan yang memprihatikan. Ternyata kemajuan teknologi tidak serta-merta membuat manusia lebih peduli kepada lingkungan hidup, apabila manusia masih memggunakan pola pikir dan gaya hidup lama yang merugikan lingkungan.
Hal serupa diperkuat oleh Alisjahbana dan Murniningtyas (2018), bahwa apapun yang kita lakukan terhadap lingkungan hidup maka dampaknya akan dirasakan kembali oleh kita maupun makhluk hidup lain. Kegiatan melestarikan alam atau lingkungan hidup merupakan suatu usaha dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Hal ini dilakukan untuk menjamin kelangsungan hidup generasi yang akan datang.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan beragam suku, agama, adat istiadat, budaya, bahasa dan lainnya. Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah, begitu pula dengan sumberdaya manusianya. Keharmonisan antara dua aspek tersebut pada akhirnya akan menciptakan kehidupan yang saling melengkapi dan berkelanjutan. Jawa Barat dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia tentu saja memiliki berbagai macam cara dalam menjalankan hidup yang berdampingan dan harmoni dengan alam.