kievskiy.org

Hari Buruh Internasional: Kontribusi Buruh dalam Kegiatan Ekonomi

Ilustrasi buruh melakukan aksi unjuk rasa
Ilustrasi buruh melakukan aksi unjuk rasa /Pikiran Rakyat/Novianti Nurulliah

PIKIRAN RAKYAT - Tanggal 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh Internasional atau May Day di seluruh dunia. Peringatan Hari Buruh Internasional dilatarbelakangi peristiwa Haymarket tahun 1886 di Chicago, ketika buruh menuntut pengurangan jam kerja yang berakhir rusuh, kerusuhan yang seharusnya dapat dihindari jika saja tahu bahwa buruh memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi.

Munculnya kelas buruh dalam kegiatan ekonomi disebabkan karena adanya kegiatan usaha yang membutuhkan tenaga kerja. Para pengusaha dengan kemampuannya untuk mengelola sumber daya membutuhkan bantuan tenaga kerja dalam rangka melakukan kegiatan produksinya.

Karena itu tenaga kerja dimasukkan ke dalam salah satu faktor produksi, di samping tanah, modal, dan kewirausahaan. Tenaga kerja sebagai faktor produksi memegang peranan yang penting dalam mata rantai kegiatan produksi mengingat tidak semua kegiatan produksi dapat dikerjakan mesin.

Baca Juga: Temukan Sel Kanker Sebesar Ponsel di Paru-parunya, Kiki Fatmala Sudah Siapkan Pemakaman hingga Warisan

Pengoperasian mesin sendiri memerlukan manusia untuk mengerjakannya, itu untuk pekerjaan yang sifatnya manual belum lagi pekerjaan yang sifatnya menggunakan aktivitas berpikir, keterampilan manusia sangat dibutuhkan. Pengambilan keputusan, masih tetap memerlukan unsur manusia, mesin hanya mampu menyajikan data sementara penggunaannya kembali kepada manusia.

Dengan melihat pentingnya unsur manusia dalam kegiatan produksi maka secara otomatis tuntutan buruh untuk memenuhi hak-haknya menjadi sesuatu yang cukup wajar, selama tenaga manusia dibutuhkan dalam kegiatan produksi. Karena kegiatan produksi itu sendiri menghasilkan sesuatu untuk dikonsumsi dalam rangka menghasilkan keuntungan.

Persoalannya kemudian sering terjadi eksploitasi buruh, jam kerja yang padat dengan upah yang ditekan serendah mungkin membuat pada akhirnya buruh memberontak. Hal ini terjadi karena faktor produksi manusia disamakan dengan faktor produksi non manusia, manusia dianggap sebagai “mesin” hidup yang bisa dipekerjakan semau-maunya, “dibuang” ketika sudah tidak diperlukan lagi.

Baca Juga: 34 Ribu Lebih Warga Tinggalkan Jakarta via Kereta Api pada H-1 Idul Fitri 2022

Padahal ketika manusia disingkirkan dalam mata rantai kegiatan produksi maka akibatnya kegiatan produksi sendiri itu akan terhenti. Kegiatan produksi terjadi jika hanya ada kegiatan konsumsi yang dilakukan oleh manusia, karena mesin tidak melakukan kegiatan konsumsi.

Ketika semua kegiatan produksi digantikan oleh mesin maka yang terjadi adalah manusia tidak lagi memiliki penghasilan, dan kalau manusia sudah tidak lagi memiliki penghasilan karena digantikan oleh mesin. Pertanyaannya adalah siapa yang hendak membeli hasil produksi?

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat