kievskiy.org

Dukun dan Kyai: Perbedaan serta Perspektifnya Dimensi Agama

Ilustrasi ilmu hitam.
Ilustrasi ilmu hitam. /unsplash / freestock/

PIKIRAN RAKYAT - Praktik perdukunan dalam dunia supranatural sebenarnya sudah lama terjadi pada masyarakat kita. Masayarakat kita masih banyak yang terjebak pada persoalan mistis dan mempercayai “orang sakti”.

Bahkan sengaja atau tidak dunia perdukunan ini juga dijadikan ladang “basah” karena menjadi pundi-pundi uang dengan mudahnya mengalir dari pasien atau pejabat, pelaku dunia usaha yang berharap “doa” dan “keramat” dari sang dukun.

Pandangan Sosiolog kontemporer August Comte, bahwa ada tiga stadia pemikiran manusia; Primitif, Agama dan ilmu pengetahuan tidak berarti berurutan dan ketika menapaki tangga tertentu akan meninggalkan tangga yang lain. Tetapi ia terus berkelindan seperti lingkaran setan.

Fakta, seperti yang sedang viral saat ini terbongkarnya praktik perdukunan “Gus” Samsudin Jadab oleh Pesulap Merah semakin menegaskan bahwa pada pandangan Pesulap Merah Samsudin Jadab telah menggunakan cara khusus dengan sulap dan trik-trik licik untuk mengelabui dan membodohi masyarakat.

Baca Juga: Polisi Ungkap Alasan Persatuan Dukun Laporkan Pesulap Merah: Customer...

Bahkan embel-embel “Gus” di depan Namanya juga menjadi debatable. Karena pada terma kalangan NU “Gus” identik dengan orang yang paham atau memiliki wawasan keislaman yang luas, atau anak keturunan seorang kyai.

Dukun atau Kyai?

Melekatnya nama “Gus” pada nama Samsudin Jadab dinilai oleh Tokoh NU, KH. Ahmad Fahrur Rozi terasa bias dan cenderung menyesatkan karenanya harus selektif, jangan dukun di-kyai-kan dan jangan kyai-kan dukun. Pada pandangannya juga karomah itu tidak diobral.

Walau pada pandangan Samsudin, sapaan “Gus” diakuinya tidak ada korelasinya dengan keluarga kyai atau wawasan tentang keilmuan agama yang dimilikinya. Samsudin mengakui sapaan “Gus” ia peroleh berasal dari sebutan orang Jawa.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat