kievskiy.org

Entah Siapa yang (Tak) Salah Atas Tewasnya 125 Orang di Malang

Petugas medis memindahkan jenazah korban kerusuhan Stadion Kanjuruhan di RSUD Saiful Anwar, Malang, Jawa Timur, Minggu 2 Oktober 2022.
Petugas medis memindahkan jenazah korban kerusuhan Stadion Kanjuruhan di RSUD Saiful Anwar, Malang, Jawa Timur, Minggu 2 Oktober 2022. /Antara/R D Putra

PIKIRAN RAKYAT - Ingin rasanya percaya bahwa kita hidup dalam realita bahwa tidak ada pertandingan sepak bola seharga nyawa manusia. Faktanya, ada.

Sekuat apa pun kita menampik fakta itu, banyak bukti bahwa pertandingan sepak bola merenggut nyawa dan menguras emosi siapa pun yang mendengar kabarnya. Sesuatu yang seharusnya tak terjadi.

Masih hangat dalam ingatan, tewasnya dua suporter saat Piala Presiden yang mempertemukan Persib dan Persebaya di Gelora Bandung Lautan Api di Bandung, Jumat 17 Juni 2022. Antusiasme membuat jumlah penonton membeludak.

Mereka berdesakan untuk masuk, baik yang bertiket dan tak bertiket. Akibatnya, 2 suporter meninggal dunia karena sesak nafas. Nada kecaman, keprihatinan, dan belasungkawa bertebaran.

Penyelidikan dilakukan untuk mengungkap siapa yang salah. Hasilnya, tak ada yang salah. Kenapa? Karena tak ada satu pun jadi tersangka.

Suporter tanpa tiket yang memaksa masuk, tak salah. Petugas keamanan yang membiarkan masuknya suporter tak bertiket tak salah. Panitia pelaksana dan PSSI juga sama tidak salahnya.

Tagar #TakAdaSepakBolaSehargaNyawa” pun marak. Para pejabat negeri dan mereka yang berkepentingan, mendatangi rumah orangtua korban, Ahmad Solihin di Bandung dan Sopiana Yusuf di Bogor.

Mereka berbelasungkawa, mengirim karangan bunga, dan aksi simpatik lainnya. Saat itu, Ketua Umum PSSI M Iriawan ata Iwan Bule meminta semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Piala Presiden 2022 lebih maksimal dan sigap menggelar pertandingan.

Dia tak mau kejadian serupa terulang hingga mencoreng negeri. Sebulan kemudian, Liga Indonesia dimulai.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat