PIKIRAN RAKYAT - Pada awal tahun 2024, Bandung Raya yang merupakan kawasan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia, berpenduduk mendekati 10 juta jiwa, dan berada di pusat Provinsi Jawa Barat sebagai yang terpadat di Indonesia, dihadapkan dengan situasi darurat bencana, salah satunya banjir.
Bandung Raya adalah kawasan yang meliputi Kota Bandung, Cimahi, Kab.Bandung, Kab. Bandung Barat, dan Kab. Sumedang. Banjir Bandung Selatan baru-baru ini bak kejadian berulang yang terus dibiarkan.
Wilayah ini merupakan episentrum banjir luapan Sungai Citarum yang selama dua dekade terakhir tidak pernah terselesaikan. Padahal, pemerintah sudah membuat Program Citarum Harum dengan anggaran Rp640 miliar, ditambah Bank Dunia Rp1,4 triliun yang dikelola oleh Satgas Citarum Harum. Banjir adalah salah satu program utamanya. Namun, banjir masih terjadi hingga sekarang.
Wilayah-wilayah Kota Bandung yang sebelumnya tidak pernah terkena banjir, pekan lalu dihantam banjir. Kawasan-kawasan seperti Alun-alun, Kampung Braga, dilanda banjir akibat luapan Sungai Cikapundung sebagai poros utama dari 15 sungai yang melewati seluruh Bandung.
Banjir di kawasan ini merupakan tamparan bagi Pemkot Bandung karena berada di alun-alun kota sebagai magnet turisme, area perkantoran penting, Kantor POS, PLN, dan Gedung Merdeka, serta di depan muka rumah dinas Wali Kota Bandung.
Selain itu, banjir menggenangi jalan tanpa bisa ditampung sistem drainase untuk menuju sungai sehingga masuk ke permukiman penduduk kampung kota. Banjir memang surut dalam 1-3 jam karena bersifat unsteady flow, tapi bukan itu inti persoalannya dan pasrah menerimanya.
Banjir Bandung Selatan akibat luapan Sungai Citarum, serupa dengan yang terjadi di Alun-alun Braga akibat luapan Sungai Cikapundung. Hal ini karena degradasi lingkungan dan daya dukung sungai tidak mampu lagi bekerja alamiah, serta kerusakan ekologis ekstrem Kawasan Bandung Utara/KBU.
![Personel Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar-PB) Kota Bandung membersihkan lumpur dengan menyemprotkan air setelah banjir di RW 8 Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Jumat (12/1/2024).](https://assets.pikiran-rakyat.com/crop/0x0:0x0/x/photo/2024/01/12/4087474010.jpeg)
Selain itu, kompaksi cekungan Bandung akibat sedimentasi yang terbawa banjir hingga pembangunan serampangan infrastruktur berat seperti bangunan tinggi dan flyover memberikan tekanan beban daya dukung lingkungan semakin kritis menuju sekarat.
KBU terdiri dari 40 ribu hektare dengan kawasan terbangun sekira 30 persen dan kawasan pertanian aktif 30 persen dengan percepatan perubahan lahan 3-6 persen per tahun sejak 10 tahun terakhir. Artinya, sisanya terus tergerus perubahan untuk tangkapan-serapan air dan barrier pelindung cekungan Bandung atau Metropolitan Bandung Raya.