kievskiy.org

Pemilu di Depan Mata, Jawa Barat di Mana?

Petugas PPSU menyapu sampah dengan latar belakang penghitungan mundur Pemilu 2024 di depan Kantor KPU, Jakarta, Senin, 1 Mei 2023.
Petugas PPSU menyapu sampah dengan latar belakang penghitungan mundur Pemilu 2024 di depan Kantor KPU, Jakarta, Senin, 1 Mei 2023. /Antara/Aprillio Akbar

PIKIRAN RAKYAT - Tinggal beberapa bulan lagi pesta politik di Tanah Air akan berlangsung. Tak heran, suhu pun mulai menghangat. Berbagai intrik politik mulai terlihat seiring mendekatnya pendaftaran calon-calon presiden dan wakil presiden pada Oktober mendatang. Bahkan, dalam beberapa minggu terakhir masyarakat Indonesia disuguhi berbagai kejutan yang disajikan para ‘pemain’ politik di negeri ini.

Hal itu semakin menegaskan bahwa dalam politik memang tidak ada yang abadi. Yang abadi hanyalah kepentingan. Kepentingan yang bisa berubah cepat seiring ‘keinginan’ segelintir pengambil keputusan yang dalam hal ini diwakili para petinggi partai.

Salah satu kejutan politik yang terjadi adalah Anies Baswedan memilih Muhaimin Iskandar sebagai pendampingnya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden nanti.

Muhaimin yang merupakan Ketua Umum PKB masuk dan mengubah segalanya. Masuknya Golkar dan PAN ke koalisi Prabowo memang ditengarai bisa mengecilkan peluang Cak Imin yang dicalonkan sebagai wakil presiden. Tak kunjung mendapatkan kepastian, Ketua Umum PKB itu pun langsung memanfaatkan celah dengan masuk ke Koalisi Perubahan yang juga masih gamang dalam memilih calon wakil Anies.

Baca Juga: Mengapa Suara NU Kerap Jadi Rebutan Jelang Pemilu?

Gayung bersambut, Cak Imin langsung dideklarasikan sebagai wakil Anies sekaligus memastikan pasangan tersebut bisa bertarung di Pilpres 2024 karena sudah mencukupi ambang batas pencalonan sebesar 20 persen di parlemen, meskipun harus kehilangan suara Demokrat yang memilih hengkang. Terakhir, PKS pun menyatakan kesetiaannya untuk tetap berada di koalisi. Hal yang juga menjadi tanda tanya besar mengingat selama ini antara PKB dan PKS dianggap tak mungkin bisa bersama. Nyatanya, untuk 2024 semuanya bisa.

Akan tetapi, bukan itu sebenarnya yang menarik untuk disimak. Fokus utama adalah narasi yang dibangun bahwa pencalonan pasangan tersebut adalah untuk mengambil suara di Jawa Timur. PKB selama ini memang diidentikan dengan Jawa Timur yang merupakan basis Nahdlatul Ulama. Kehadiran Cak Imin diharapkan bisa mendongkrak perolehan suara Anies yang memang ditengarai lemah di wilayah itu.

Narasi ‘mengambil suara’ dari Jatim juga sering kali diutarakan untuk kedua kandidat calon lainnya yaitu Prabowo dan Ganjar Pranowo. Kedua calon presiden itu sejauh ini belum mendeklarasikan siapa pendamping mereka di Pilpre. Namun, diprediksi mereka juga akan membawa sosok yang dekat dengan NU dan Jatim.

Pertanyaannya, di mana tokoh Jawa Barat dalam konstelasi politik jelang pemilihan presiden nanti. Bahkan, pertanyaan lebih besar di mana sebenarnya posisi Jawa Barat bagi ketiga kandidat tersebut. Tak banyak para pengamat membahas hal ini. Padahal jika dilihat, Jawa Barat sangatlah strategis bagi percaturan politik di Tanah Air.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat